Logo

PSBB Covid-19, Harga Melon di Petani Anjlok

Reporter:,Editor:

Kamis, 07 May 2020 08:00 UTC

PSBB Covid-19, Harga Melon di Petani Anjlok

PETANI MELOK. Pekerja menaikan melon ke atas pick up. Foto: Hozaini

Situbondo - Pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di tengah pandemi Covid-19 berdampak pada petani melon di Situbondo, tidak bisa meraup keuntungan di bulan Ramadan. Penjualan tersendat, sebab sejak PSBB mereka lebih mengandalkan pasar lokal.

“Kami hanya mengandalkan pasar lokal paling jauh ngirimnya ke Probolinggo dan Pasuruan,” kata Saleh, seorang petani yang juga pedagang Melon, Kamis, 7 April 2020.

Saleh mengaku, biasanya dirinya mengirim melon dan beberapa tanaman holtikultura lainnya ke sejumlah kota besar, seperti ke Jakarta dan Surabaya. Saat ini, sudah tidak ada lagi permintaan barang sejak terjadi wabah virus Corona dan pemberlakuan PSBB.

BACA JUGA: Distribusi Garam Lumpuh akibat Corona, Petani Rugi Ratusan Juta

Untuk penjualan melon lanjut Saleh, saat ini masih terbantu adanya bulan puasa karena masih banyak permintaan pasar lokal meski harganya lebih murah. Saleh mengaku menjual melon Rp. 5.500 perkilo gramnya ke pasar.

“Kalau sekarang harganya masih lumayan, mungkin beberapa minggu kedepan akan anjlok lagi karena pasarnya sepi pembeli,” imbuhnya.

Selain itu, Saleh menjelaskan, tahun ini hampir semua petani melon mengeluh karena bisa dibilang mengalami gagal panen. Penyebab utamanya karena faktro cuaca terlalu panas di Situbondo.

BACA JUGA: Pandemik Covid-19 Jadi Momentum UMKM Penuhi Kebutuhan Pangan Dalam Negeri

Ia mencontohkan salah satu kebun melon miliknya hanya memperpoleh hasil panen 20 ton atau turun sekitar 60 persen dibandingkan hasil panen tahun sebelumnya.

“Biasanya untuk tiga petak seperti ini bisa memanen 55 ton.  Sekarang hanya dapat 20 ton. Tapi kami bersyukur karena masih bisa di panen,” katanya, seraya menunjukan kebun melon miliknya.

Menurut Saleh, patenai melon bisa dibilang bankrupt  tahun ini. Sebagian petani yang punya tanggungan modal ke Bank kebingungan mengingat hasil panen tak cukup untuk mengembalikan biaya produksi. “Sebagian petani mengeluh ke saya gak bisa balik modal karena gagal panen,” pungkasnya