Reporter:
Kamis, 08 November 2018 04:10 UTC

Penjual sayur keliling dilibatkan dalam program pemburu ibu hamil beresiko tinggi di Banyuwango. Foto: Istimewa
BANYUWANGI – Program menekan angka kematian ibu saat melahirkan di Kabupaten Banyuwangi berhasil mencuri perhatian di forum Open Government Partnership (OGP) Asia-Pacific Regional Meeting yang digelar pada Senin-Selasa (5-6 November) di Seoul, Korea Selatan.
Adalah program pembentukan Laskar Stop Angka Kematian Ibu dan Anak (SAKINA) dari Puskesmas Sempu, Banyuwangi, yang dinobatkan sebagai “The Most Interested Innovation” dalam forum yang diikuti inovator dari 79 negara di wilayah Asia-Pasifik, termasuk dari Indonesia yang diwakili oleh Banyuwangi.
“Kami berharap prestasi ini menyuntikkan semangat kepada Puskesmas dan berbagai institusi lain di Banyuwangi untuk terus berinovasi dan berkreativitas,” kata Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas melalui rilis yang diterima JATIMNET.COM.
Program Laskar Sakina sendiri berisi beragam program untuk menekan angka kematian ibu dan anak. Laskar tersebut beranggotakan kader kesehatan, guru, tokoh agama, tokoh masyarakat, PKK, hingga aparat kepolisian. Laskar Sakina melakukan pendataan di lapangan terhadap kesehatan ibu, terutama ibu hamil berisiko tinggi. Ibu hamil itu kemudian didampingi, dikumpulkan dalam jambore ibu hamil, hingga dilakukan antar-jemput di masing-masing rumah.
Sasaran utama program adalah ibu hamil berisiko tinggi dengan kriteria antara lain berusia kurang dari 20 tahun dan di atas 35 tahun, jarak kelahiran anak yang terlalu dekat, memiliki riwayat hipertensi, dan tinggi badan kurang dari 150 cm.
Dalam perjalanannya, program ini kemudian melibatkan para pedagang sayur keliling (mlijo) yang ditugaskan mencari, menemukan, dan melaporkan ibu hamil baru dengan risiko tinggi di wilayah mereka berjualan. Para penjual sayur dilibatkan karena mereka bekerja sampai ke pelosok kampung serta berinteraksi langsung dengan masyarakat.
“Hal ini penting, karena banyak kasus tingginya kematian ibu dan bayi disebabkan oleh kehamilan yang beresiko. Kalau hanya mengandalkan tenaga bidan puskesmas, sangat tidak mungkin karena jumlahnya terbatas sementara wilayah kerjanya luas. Dan ternyata, pelibatan mlijo ini justru yang dianggap menarik oleh OGP karena update data bisa didapatkan setiap hari,” kata Anas.
Kepala Puskesmas Sempu Hadi Kusaeri menambahkan, untuk menjalankan tugasnya, para penjual sayur dibekali fasilitas dari Puskesmas berupa smartphone, pulsa, keranjang yang ditempeli edukasi soal kehamilan, dan sepatu boot. Dengan fasilitas itu, mereka mengirim informasi secara online saat menemukan ibu hamil berisiko tinggi.
“Berkat program ini, mulai periode Januari 2017 hingga September 2018 ini angka kematian ibu dan bayi di wilayah kami bisa ditekan sampai nol alias zero,” pungkas Hadi.
Berita Lainnya
DAERAH
Puluhan Siswa SD di Mejayan Madiun Diduga Keracunan MBG
27 Nov 2025 08:00 UTC
DAERAH
Pemkab Lamongan dan DPRD Sahkan APBD 2026
27 Nov 2025 07:34 UTC
DAERAH
Jadi Ketua Korwil PKDI Madura Raya, Moh Wijdan: Harus Kompak dan Guyub Rukun
26 Nov 2025 13:00 UTC
DAERAH
Generasi Muda Garda Depan Moderasi Beragama
26 Nov 2025 09:30 UTC
DAERAH
Terekam CCTV, Maling Berdaster Embat Motor di Gang Buntu Mojokerto
25 Nov 2025 03:56 UTC
DAERAH
RPS Siapkan Mahasiswa Tuban jadi Jurnalis Kompeten di Era Media Sosial
24 Nov 2025 13:00 UTC
