Rabu, 06 February 2019 04:11 UTC
Ilustrasi: Pixabay.com
JATIMNET.COM, Surabaya - Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) Adhi S Lukman optimis pertumbuhan industri makanan dan minuman mencapai 8-9 persen.
"Mudah-mudahan bisa sampai 9 persen, asal kondisinya kondusif," ujar Adhi, Rabu 6 Februari 2019.
Adhi mengatakan target itu paling realistis di tengah kondisi politik yang belum menentukan. Ia menilai ada faktor yang bisa menghambat kinerja industri makanan dan minuman. Pola kampanye yang sudah berubah dari Pemilu 2014 membuat industri ini tidak tumbuh dengan baik.
BACA JUGA: Tahun Politik, Konsumsi Tekstil dan Mamin Melonjak
"Pengerahan masa sekarang jarang dilakukan. Tidak seperti dulu. Sangat sedikit sekali. Tidak signifikan menambah," ungkapnya.
Ia mengaku masih mengandalkan lonjakan momen-momen hari besar seperti lebaran. Periode April sampai Juni lonjakan permintaan terjadi. "Awal tahun seperti sekarang permintaan masih sepi," ungkapnya.
BACA JUGA: Menutup Toko Jadi Strategi Industri Ritel Mempertahankan Bisnis
Menurutnya, tahun ini yang mengalami peningkatan permintaan masih tetap sama. Seperti air minum dalam kemasan (AMDK), teh, kopi, dan jus botolan. Kemudian juga snack-snack atau biskuit dan roti.
Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur sebelumnya memprediksi pertumbuhan industri makanan dan minuman 5,98 persen. Masih stabil seperti tahun sebelumnya.
Kantor Perwakilan BI Jawa Timur menyatakan tumbuhnya industri pengolahan dalam hal ini industri makanan dan minuman dipengaruhi beberapa faktor. Selain pemilu, kenaikan upah minimun kabupaten/kota (UMK) juga menopang konsumsi masyarakat.