Logo

Menutup Toko Jadi Strategi Industri Ritel Mempertahankan Bisnis

Reporter:,Editor:

Sabtu, 19 January 2019 09:47 UTC

Menutup Toko Jadi Strategi Industri Ritel Mempertahankan Bisnis

Supermarket (ilustrasi). Foto: Wikimedia.

JATIMNET.COM, Surabaya – Penutupan gerai dianggap menjadi salah satu cara perusahaan ritel mempertahankan bisnis di tengah menguatnya toko online.

“Kalau berkaitan dengan Hero, itu salah satu cara menyehatkan perusahaan,” kata Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Surabaya April Wahyu Widati pada Jatimnet.com, Kamis 17 Januari 2019.

BACA JUGA: Toko Online Dianggap Bukan Penyebab Bisnis Ritel Lesu

Sepekan lalu, PT Hero Supermarket Tbk (Hero Group) mengumumkan penutupan 26 gerai. Supermarket yang berdiri pada 1971 itu tersohor sebagai pusat ritel modern pertama di Indonesia. Perusahaannya berkembang bertahun-tahun dan berhasil membuka lebih dari 400 toko; dari Giant, Hero, Guardian, hingga Ikea.

Menurut April, penutupan gerai tak berarti perusahaan bangkrut. Satu indikasi di antaranya, masih beroperasinya ratusan hypermarket lain dalam grup Hero. “Kalau bangkrut ya tidak, kalau tak salah masih ada sekitar 400 yang beroperasi,” katanya.

Ia mengatakan bisnis ritel adalah bisnis padat karya. Banyak tenaga kerja terserap di sektor ini. Satu minimarket saja, ia memperhitungkan, membutuhkan 6-7 pekerja. Sementara satu supermarket membutuhkan 50-60 pekerja, hypermarket mampu menyerap tenaga kerja seratus orang. Sehingga penutupan toko ritel pasti berdampak pada hilangnya pekerjaan banyak orang.

BACA JUGA: Pasar Tradisonal Diusulkan Ber-Mindset Ritel Modern

Tutupnya sejumlah toko Hero, ia melanjutkan, bisa menjadi kajian bagi pemerintah agar bijak menyusun regulasi industri ritel. “Kebijakan yang kurang pas membuat ekspansi ritel kurang agresif,” katanya.

Ia mencontohkan, peraturan daerah kota Surabaya nomor 8 tentang toko swalayan. Ternyata regulasi yang disahkan pada 2015 itu berlaku surut. Dampaknya, tak hanya toko ritel yang akan berdiri yang terdampak, gerai lama pun juga. “Ritel modern dianggap membunuh pasar tradisional, harus dicarikan win-win solution,” katanya.