Jumat, 23 July 2021 07:00 UTC
Kepala BPBD Jember, Moh Djamil. Foto: Faizin
JATIMNET.COM, Jember – Tim petugas pemakaman jenazah pasien Covid-19 dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jember, dihadang warga saat akan memakamkan jenazah pasien di Desa Jatian, Kecamatan Pakusari Jember.
Mereka tak hanya dihadang, warga juga merebut jenazah dan menganiaya petugas dari BPBD Jember. Hal itu sangat disayangkan, masyarakat harusnya memahami, bahwa petugas hanya menjalankan tugas sesuai prokes, demi keselamatan bersama.
“Kami mengimbau warga agar memahami kondisi yang ada. Kami bekerja melakukan pemakaman ini karena sesuai saran para ahli, bahwa pemakaman pasien Covid harus menggunakan protokol,” kata Plt Kepala BPBD Jember, Moh Djamil saat menggelar konferensi pers di Markas Komando BPBD Jember, Jumat 23 Juli 2021.
“Petugas kami hadir untuk membantu warga, karena itu seharusnya mendapat penghormatan dari warga. Tugas mereka seharusnya di bantu,” ia menambahkan.
Baca Juga: Di Balik Komisioner Bawaslu Jatim yang Terpapar Covid-19 Sekeluarga Hingga Ibu Wafat
Peristiwa ironis itu terjadi pada Sabtu 18 Juli 2021 malam. Saat itu, BPBD mendapat permintaan untuk mengantar dan memakamkan jenazah perempuan bernama Anik di Desa Jatian, Kecamatan Pakusari.
Pasien tersebut sebelumnya sudah dirawat dan meninggal di RSD dr Soebandi dengan status terkonfirmasi positif Covid-19. Petugas BPBD Jember sebenarnya sudah berniat baik dengan memenuhi permintaan keluarga agar pemakaman dipercepat.
“Jadi sektiar pukul 19:00 WIB, kami mendapat telpon dari Camat Pakusari dan juga warga yang meminta agar pemakaman dipercepat. Kami meresponnya dengan membentuk tim yang baru. Karena kalau menunggu tim yang sudah ada, tentu masih membutuhkan waktu untuk berpindah dari lokasi sebelumnya,” ujar Djamil.
Namun sayangnya, saat sampai tiba di lokasi pemakaman yang ada di Desa Jatian, petugas pemakaman BPBD sudah mendapat hadangan dari warga dalam jumlah besar. Warga saat itu meminta agar petugas menyerahkan peti jenazah pasein Covid-19 tersebut.
Baca Juga: Hikmah Isolasi Mandiri, Anggota DPRD Jember Makin Dekat dengan Keluarga
“Petugas kami sudah menjelaskan kalau itu tidak sesuai dengan protokol yang ada. Saat di rumah sakit, sudah dimandikan jenazah oleh petugas yang sudah terlatih, sesuai dengan fatwa MUI (terkait penanganan jenazah pasien Covid-19),” papar Djamil.
Namun warga tetap memaksa untuk meminta dengan alasan akan dimandikan ulang. Padahal, tindakan itu cukup membahayakan warga. Karena kalah jumlah, petugas akhirnya mengalah dengan menyerahkan jenazah untuk kemudian dibuka oleh warga.
“Saya tidak paham, mengapa warga bisa memiliki pemahaman seperti itu. Nampaknya perlu jadi upaya bersama untuk sosialisasi,” papar Djamil.
Petugas akhirnya mengalah dengan meninggalkan tempat. “Sebab,petugas keamanan tidak bisa mengendalikan kondisi. Petugas kami kembali ke mako,” jelas Djamil.
Namun, warga yang tidak terima dengan kehadiran petugas BPBD, masih belum puas. Mereka tidak saja menghadang kepulangan petugas, tetapi juga menganiaya dengan melemparkan sejumlah batu.
“Kita juga sulit memahami apa yang ada di benak mereka. Tim pemakaman ini kan tugasnya memakamkan jenazah yang sudah terkonfirmasi covid yang sudah mendapatkan persetujuan keluarga,” ujar Djamil.
Petugas BPBD yang turun dari mobil untuk memberi penjelasan kepada warga, justru mendapat penganiayaan. Total ada 9 petugas yang terdiri dari petugas organik dan dibantu relawan, yang malam itu bertugas di Desa Jatian. Dua diantaranya menjadi korban penganiayaan. “Yang lainnya berhasil menghindar dari lemparan batu,” ucap Djamil.
Salah satu korban, adalah Nawawi yang merupakan relawan dari Gerakan Pramuka. “Karena Pak Nawawi punya hubungan baik dengan kami, sehingga bersedia membantu. Tetapi beliau malah jadi korban. Tangannya dipelintir sampai terjatuh,” sesal Djamil.
BPBD Jember berharap peristiwa ini adalah yang terakhir kalinya. Menurut BPBD Jember, penolakan warga terhadap petugas pemakaman dengan protokol Covid-19 memang sudah sering terjadi. Namun ini menjadi yang terparah.
“Kita menyadari, bahwa kehilangan keluarga itu mempengaruhi secara emosional dan kejiwaan. Tapi akal sehat harus dikedepankan. Karena petugas kami tidak punya niat jelek. Bahkan mereka membantu keluarga,” pungkas Djamil.