Sabtu, 03 April 2021 09:40 UTC
KOPI KRUCIL. Proses pengolahan biji kopi khas Kecamatan Krucil, Kabupaten Probolinggo, Sabtu, 3 April 2021. Foto: Zulkiflie
JATIMNET.COM, Probolinggo - Tekad Muhammad Hasan, 31 tahun, dalam mengenalkan kopi lokal khas Krucil, Kabupaten Probolinggo, patut diacungi jempol.
Berkat kreativitasnya, pria asal Dusun Krajan, Desa Sumberduren, Kecamatan Krucil tersebut mampu memasarkan hasil produksi kopi khas Krucil hingga luar daerah bahkan ke negara tetangga.
Beberapa daerah pemasarannya meliputi Jakarta, Lampung, Aceh, bahkan sampai Malaysia.
Kepada Jatimnet.com, Hasan mengaku usaha produksi kopinya mulai dirintis sejak tahun 2016 silam. Saat itu, dirinya masih belum memiliki roasting atau mesin pengolah kopi.
Untuk menyiasatinya, Hasan memanfaatkan mesin roasting yang dimiliki kelompok petani kopi setempat. Tak hanya soal alat, biji kopi yang akan diolahnya pun dipilih agar kualitas yang dihasilkan baik.
BACA JUGA: Ingin Santai Menikmati Kesegaran Alam, Betek Rest Area Krucil Probolinggo Jawabannya
"Kalau kualitasnya baik, maka hasil olahan kopi yang dijual ke pasaran pun bakal laku dan diminiati," ujar Hasan, Sabtu, 3 April 2021.
Untuk itu, agar olahan kopinya terus diminati pelanggannya, Hasan menyebut hanya mengambil hasil panen kopi dari petani yang telah bekerjasama dengannya.
"Kalau petani yang jual hasil panennya ke saya ada sekitar delapan orang. Tentu kopi yang dipanen kualitasnya sudah baik karena dipilih dulu, enggak asal panen," tuturnya.
Hasan mencontohkan biji kopi Robusta yang dipanen secara asal hanya laku terjual Rp22 ribu per kilogramnya. Begitupun kopi jenis Arabika hanya laku terjual Rp35 ribu per kilogramnya.

KOPI KRUCIL. Kopi khas Kecamatan Krucil, Kabupaten Probolinggo, dikemas dalam bentuk bubuk dan siap jual, Sabtu, 3 April 2021. Foto: Zulkiflie
Karena kualitas yang baik itulah, Hasan menyebut produksi kopi olahannya laku terjual di pasaran. Sehingga, dirinya kini bisa memiliki alat roasting kopi sendiri.
"Jumlah kopi yang saya ambil dari petani biasanya sampai 8 ton sekali panen. Tapi itu juga termasuk dari lahan kopi saya sendiri," katanya.
BACA JUGA: Si Komo, Kopi Motor Klasik yang Biasa Keliling Probolinggo
Terkait usaha produksi kopinya, Hasan mengatakan sekitar 50 persen dibuat dalam bentuk bubuk. Sedangkan selebihnya dijual dalam bentuk biji kopi yang sudah dipanggang (roast bean).
"Kalau kemasan bubuk sebulan bisa laku sekitar 1.500-an bungkus. Dan yang bijian bisa lebih dari 3 kali pengiriman. Biasanya ke Jakarta, umumnya untuk kafe-kafe kopi di sana," ujarnya.
Sebelum masa pandemi, omzet yang didapat bisa mencapai Rp16 juta per bulan. Dan saat pandemi ini, omset yang didapat sekitar Rp8 juta per bulan.
"Untuk pemasaran, yang banyak masih secara online. Tapi ada pula secara langsung yang kebanyakan adalah pelanggan tetap," katanya.
Sekadar informasi, produksi kopi olahan Hasan dijual dalam beberapa kemasan, baik dalam bentuk serbuk maupun bijian kopi yang sudah dipanggang atau roast bean.
Semisal Robusta isi 100 gram dijual seharga Rp10 ribu. Dan yang isi 250 gram dijual seharga Rp20 ribu. Sedangkan Arabica isi 100 gram dijual Rp15 ribu dan yang isi 200 gram dijual Rp35 ribu.