Selasa, 22 December 2020 02:40 UTC
Ilustrasi. Foto: svhlunghealth.com
JATIMNET.COM, Surabaya - Anggota Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Jawa Timur dr. Dominicus Husada menyebut ayah memiliki peran kunci dalam menentukan peran kesehatan keluarga, termasuk pencegahan Pneumonia.
Banyak yang menitikberatkan fokus penanganan kesehatan keluarga hanya pada ibu. Sebab, ibu dinilai yang merawat dan bersama si anak untuk jangka waktu yang lama sepanjang hari.
“Sosok ayah juga memiliki komunitas seperti pertemuan khusus kaum mereka, ada pengajian, rapat RT-RW di berbagai komplek mereka,” ujar dr Dominicus tertulis, Senin 22 Desember 2020.
Ia berharap, ayah juga memiliki peran yang besar dalam mencegah seorang anak terjangkit Pneumonia. Penyakit radang paru-paru ini menyerang bayi, anak-anak, sampai orang lanjut usia (lansia). Tentu, orang dengan sistem imun yang buruk akan lebih muda terkena Pneumonia.
“Jadi Penumonia ini menempati urutan pertama penyebab kematian balita di seluruh dunia. Bergantian dengan penyakit diare yang juga penyebab kematian bagi balita,” terangnya.
Karenanya, ia meminta setiap keluarga, terutama ayah yang menjadi dirigen di rumah harus bisa mengetahui ciri-ciri Pneumonia. Biasanya diawali dengan panas, batuk-batuk dan pilek kemudian muncul sesak nafas. “Akhirnya pernafasan cuping hidung. Termasuk otot dada digunakan dengan kuat. Semakin lama anak semakin lemah dan menuju gagal nafas,” sambungnya.
Dalam situasi ini, katanya, pencegahan selalu lebih baik dari pada mengobati. Apalagi tidak semua penyakit ada obatnya. Kalau pun tersedia, biaya dan sumber daya selalu lebih besar dibandingkan upaya pencegahan. “Upaya pencegahan itu bisa dilakukan lewat imunisasi Pneumonia,” imbuhnya.
Psikolog Universitas Airlangga Surabaya Dr. Nur Ainy Fardana menambahkan, ayah memiliki peran yang sangat penting sejak bayi dalam kandungan. Dibutuhkan dukungan emosi dan perhatian ayah terhadap kondisi kehamilan ibu.
“Makanya ayah yang terlibat mengasuh anak sejak awal terbukti memberi kontribusi terhadap berkembangnya rasa aman dalam sisi emosi anak. Perhatian dan kasih sayang ayah kepada anak semasa bayi memberi sumbangan besar bagi terjalinnya kedekatan emosi ayah dengan buah hatinya,” kata dia.
Menurutnya, ayah perlu memahami fakta-fakta Pneumonia pada anak. Di era keterbukaan informasi, mencari apapun terkait risiko, pencegahan dan penanganan penyakit yang mengancam buah hatinya tak lagi sulit. Tinggal sekarang perlunya peningkatan sosialisasi dan edukasi.
Sementara, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jatim dr Herlin Ferliana mengatakan, imunisasi merupakan program yang sangat efektif untuk memenuhi target SDGs dengan penurunan angka kematian bayi 25 per 1.000. Apalagi Pneumonia merupakan penyebab kematian terbesar pada bayi dan balita.
“Sebanyak 50 persen disebabkan oleh Streptococcus Pneumoniae dan 20 persen disebabkan oleh Haemophilus influenzae tipe B,” kata Herlin.
Ia melanjutkan, vaksin Pneumokokus Konyugasi (PCV) sudah diintroduksi di Indonesia. Semua diawali dengan demonstration program di Provinsi NTB dan Bangka Belitung serta selanjutnya diintroduksi secara nasional, yakni bertahap mulai 2020 sampai 2024. “Vaksin PCV yang akan digunakan telah memiliki ijin edar dari BPOM dan sertifikat halal dari IFANCA,” ungkapnya.
Herlin menambahkan, diperlukan kerjasama yang terpadu dengan semua pihak untuk mencapai imunisasi PCV yang sukses. “Peran ayah sangat penting dalam kesuksesan imunisasi PCV,” katanya.