Senin, 14 October 2019 09:37 UTC
JANGAN TAWURAN. Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dan Kapolrestabes Surabaya Kombes Pol Sandi Nugroho dalam acara pengarahan pada pelajar dan orang tua di Gedung Siola Surabaya, Kamis 10 Oktober 2019. Foto: Humas Pemkot Surabaya.
JATIMNET.COM, Surabaya – Pemerintah Kota Surabaya mengklaim tawuran antar pelajar merupakan fenomena baru di Kota Pahlawan.
“Mereka ikut-ikutan melalui Medsos (media sosial). Bahkan mereka tidak tahu siapa yang mengirimkan informasi,” kata Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Pemberdayaan Perempuan dan Anak (DP5A) Surabaya Chandra Oratmangun pada Jatimnet.com melalui sambungan telepon, Senin 14 Oktober 2019.
Menurut dia, pelajar yang terlibat tawuran didominasi berasal dari keluarga menengah ke bawah. Mereka kurang perhatian dari keluarga karena orang tua sibuk bekerja. “Sehingga mereka banyak mendapat informasi dari luar. Karena mereka masa puber, butuh pembuktian,” katanya.
BACA JUGA: Polrestabes Surabaya Tahan 17 Remaja yang Terlibat Tawuran Antar Geng
Pemerintah, ia melanjutkan, terus berupaya melakukan pendekatan pada pelajar yang terlibat tawuran dan memberikan bimbingan konseling, termasuk pada keluarganya. “Kami, melalui sekolah, RT, RW, dan orang tua juga kami kumpulkan. Bahkan anak-anak yang terlibat pun kami kumpulkan,” katanya.
Sepanjang awal Oktober ini, media massa ramai memberitakan tawuran antar pelajar di Kota Surabaya. Bermula dari peristiwa penyerangan geng All Star ke markas Jawara Kampung yang dipicu aksi penyekapan terhadap NHF (16), warga Pakis, pada Kamis 26 September 2019.
BIMBINGAN. Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini memberikan pengarahan pada pelajar yang terlibat tawuran di Gedung Siola Surabaya, Kamis 10 Oktober 2019. Foto: Humas Pemkot Surabaya.
Penyekapan itu diduga dilakukan dua orang dewasa dan kini sudah ditahan polisi di Mapolrestabes Surabaya. Sedangkan pelajar yang terlibat telah dipulangkan. 65 pelajar berusia belasan tahun, bahkan ada yang usia Sekolah Dasar, disebut terlibat dalam peristiwa itu. DP5A mencatat 30 di antaranya berasal dari Surabaya dan sisanya berasal dari luar kota.
Aksi tawuran itu segera memancing perhatian Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini. Ia mengumpulkan pelajar dan orang tuanya untuk diberi pengarahan di Gedung Siola pada Kamis 10 Oktober 2019. “95 persen pelajar itu tak mengerti,” kata Risma dalam acara yang diwarnai isak tangis antara pelajar dan orang tua ini.
Risma menduga ada penggerak pelajar untuk melakukan tawuran. Dan ia telah meminta polisi mencari aktor tawuran. “Otak (tawuran) ada di belakang. Katanya ada dua orang yang ditangkap (polisi) dan akan ditindaklanjuti,” katanya.
BACA JUGA: Dendam Antar Geng di Surabaya, Remaja 16 Tahun Disekap
Kuat dugaan, ia melanjutkan, anak-anak itu mendapat tekanan agar terlibat tawuran. “Ada yang cerita bahwa mereka sudah keluar grup WA (Whatsapp) tapi dipaksa lagi dan ditakut-takuti,” katanya.
Sementara itu, reporter Jatimnet.com Khaesar Januar Utomo melaporkan, Kepala Satuan Reserse Kriminal Polrestabes Surabaya AKBP Sudamiran mengatakan masih memburu aktor penggerak tawuran pelajar.
Menurut Sudamiran, jumlah anggota geng pelajar ini mencapai ribuan orang. “Anggotanya didominasi remaja di bawah umur,” katanya pada Minggu, 13 Oktober 2019.
