Minggu, 18 August 2019 05:15 UTC
Ilustrasi. [flickr]
JATIMNET.COM, Banyuwangi - Pelajar SMP di Banyuwangi juga sebagai pelaku perundungan diganjar mengunjungi Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB) selama enam hari berturut-turut. Aksinya menendang adik kelas terekam gawai kawan sekelasnya dan videonya sempat viral di media sosial.
Dalam video yang beredar, tampak seorang korban dan tiga orang pelaku mengangkat sebuah tongkat namun tidak sampai memukul korban.
Seorang lagi menendang pelan kaki korban disambung terjangan pelaku ketiga di bagian pinggang belakang korban. Korban terpelanting jatuh duduk di pinggir selokan depan kelas sambil berekspresi merasakan sakit di bagian pinggang dan kakinya.
BACA JUGA: Lawan Perundungan Daring, Instagram Luncurkan Fitur Baru
Kepala Sekolah SMP tersebut, Samsudin Ali mengatakan, tidak ada praktik perundungan pelajar senior kepada junior di sekolahnya.
"Insiden itu diketahui guru urusan kesiswaan. Di hari yang sama anak-anak itu sudah dipanggil," kata Samsudin di Banyuwangi, Sabtu 17 Agustus 2019.
Samsudin menambahkan, di hari yang sama permasalahan itu selesai dan pelaku meminta maaf di ruang Bimbingan Konseling (BK). Namun video rekaman kejadian hari Kamis 15 Agustus 2019 itu, terlanjur menyebar dan viral sehari kemudian.
BACA JUGA: Psikolog: Ada Banyak Faktor Anak-anak Lakukan Perundungan
Setelah video menyebar, masalah itu berkembang ketika orang tua pelaku dan korban mempertanyakan ke sekolah. Upaya sekolah, kedua belah pihak dipertemukan dengan disaksikan personel kepolisian agar urusan tidak berkepanjangan.
Hasil pertemuan, pelaku maupun korban diminta untuk saling memaafkan. Mereka juga diwajibkan membaca Alquran sampai khatam sebelum lulus sekolah dengan pengawasan guru agama.
Demikian juga korban perundungan juga mendapatkan sanksi membaca Alquran karena tidak segera pergi dari lokasi guyonan (gurauan). Sedangkan sanksi kedua bagi pelaku berupa mengunjungi SMPLB.
BACA JUGA: Pelajar Sekolah Dasar di Surabaya Dekalrasi Anti Bullying
"Jadi selama seminggu nanti saya di sana, sudah kerja sama dengan SMPLB. Nanti orang tuanya mendampingi terus," kata Samsudin lagi.
Hukuman itu, kata dia, bertujuan agar anak menyadari kesehatan jasmani yang dimilikinya bukan untuk menendang orang lain. Sedangkan di sisi lain ada anak-anak yang kurang atau berkebutuhan khusus di SMPLB.
Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Banyuwangi, Sulihtiyono mengatakan meski dengan niat bergurau perilaku pelajar tersebut tetap berbahaya. Menurutnya guyonan dengan menendang seperti itu sudah berlebihan.
BACA JUGA: Tiga Pelaku Penganiayaan Siswa SMP Pontianak Alami Depresi
Sulihtiyono juga mengakui kasus tersebut sempat menyebabkan pertentangan antara orang tua kedua pelajar. Kemudian sehari setelah kejadian tersebut, mereka dipertemukan dan diselesaikan dengan penandatanganan surat pernyataan bermaterai.
"Kami memberikan punishment, tapi yang tidak membahayakan. Tapi justru pendidikan karakter agar perilaku anak-anak ini berubah," kata dia.
