Rabu, 02 April 2025 08:00 UTC
Sajian pecel pitik yang lezat selalu digunakan selamatan oleh Suku Osing di sebagai penutup Barong Ider Bumi di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi. Foto: Hermawan
JATIMNET.COM, Banyuwangi – Pelaksanaan ritual adat identik dengan makanan khas suatu daerah. Demikian halnya dengan pelaksanaan adat Barong Ider Bumi di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi yang tak lengkap tanpa ditutup dengan selamatan.
Dalam selamatan ini, hidangan khas yang selalu hadir adalah pecel pitik. Kuliner yang sakral dan lezat khas Banyuwangi ini menjadi suguhan wajib dalam setiap upacara adat Suku Osing.
Pecel pitik memiliki keistimewaan tersendiri. Meski namanya mengandung kata "pecel", hidangan ini berbeda dari pecel pada umumnya yang senantiasa menggunakan saus atau sambal kacang.
Dalam penyajiannya, pecel pitik tanpa disiram saus kacang. Ayam kampung muda yang telah dipanggang disandingkan dengan parutan kelapa yang telah dicampur dengan beraneka bumbu. Mulai dari kemiri, cabai rawit, terasi, daun jeruk, dan gula.
BACA: Meski Hujan, Barong Ider Bumi di Banyuwangi Tetap Khidmat dan Meriah
Perpaduan antara daging ayam kampung dengan parutan kelapa tersebut menciptakan cita rasa khas yang unik dan lezat.
Pecel pitik biasanya disajikan bersama nasi putih berbentuk tumpeng yang melambangkan harapan untuk mengangkat derajat manusia.
Beberapa penyajian juga dilengkapi dengan tumpeng serakat, yaitu tumpeng yang berisi berbagai sayur mayur matang atau rebus sebagai pelengkap.
Dalam proses pembuatannya, ada aturan khusus yang harus dipatuhi. Orang yang memasak Pecel pitik diyakini tidak boleh banyak berbicara. Selain itu, memasak harus dilakukan dalam keadaan suci, dan makanan tidak boleh dicicipi sebelum ritual adat atau selamatan dimulai.
Seiring perkembangan zaman, Pecel Pitik semakin sulit ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Kini, hidangan ini lebih sering muncul dalam festival budaya yang diselenggarakan oleh pemerintah atau di beberapa rumah makan yang tersebar di sekitar Desa Kemiren.
Pada November 2023, kuliner tradisional asli Bumi Blambangan ini resmi mendapat surat Pencatatan Inventarisasi Kekayaan Intelektual Komunal (KIK) dari Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham).
BACA: Tapai Ketan Hitam, Sajian Khas Lebaran yang Berlangsung Turun Temurun
Pengakuan ini menjadi langkah penting dalam melestarikan warisan kuliner khas Banyuwangi agar tetap dikenal oleh generasi mendatang.
Dengan segala nilai historis dan filosofisnya, Pecel Pitik bukan hanya sekadar hidangan, tetapi juga simbol budaya dan identitas masyarakat Using yang terus dijaga dan diwariskan.
Suhaimi, Ketua Adat Suku Osing di Desa Kemiren menjelaskan bahwa Pecel Pitik bukan sekadar makanan, tetapi juga memiliki makna filosofis mendalam.
Nama Pecel Pitik berasal dari kalimat "kang diucel-ucel saben dinane ingkang apik". Makna filosofisnya, segala sesuatu yang dilakukan warga harus mengarah pada hal yang baik.
"Artinya bahwa apa yang dilakukan warga akan mengarah pada sesuatu yang layak atau hal yang baik," ungkap Suhaimi.