Logo

Pecahan FDC Gantikan Tujuh Layanan ARV

Reporter:,Editor:

Senin, 14 January 2019 10:13 UTC

Pecahan FDC Gantikan Tujuh Layanan ARV

ARV pecahan untuk ODHA. Foto: Hamzah Muslich.

JATIMNET.COM, Surabaya – Sebanyak tujuh dari 16 layanan pengobatan antiretroviral  (ARV) di Kota Surabaya mulai diberikan kepada orang dengan HIV/AIDS (ODHA) dalam bentuk pecahan hingga Januari 2019.

Resep pecahan ini menggantikan ARV dalam bentuk fixed dose combination (FDC). Paket ARV dalam bentuk satu butir obat ini mulai diberikan sejak 2014 silam.

“Di Soetomo (RSUD Dr Soetomo) mulai November FDC-nya udah diganti pecahan,” kata ARV Community Support dari Indonesia AIDS Coalition (IAC) Mas Hamzah Muslich, Senin 14 Januari 2019.

BACA JUGA: Gali Informasi Seputar HIV/AIDS Lewat Aplikasi “Tanya Marlo”

Rumah sakit terakreditasi internasional itu menjadi tempat berobat sebagian besar ODHA di Surabaya. Dari sekitar 2.000-an, lebih dari separuhnya berobat ke RSUD Dr. Soetomo. Sehingga konsumsi FDC pun menjadi yang terbesar jika dibandingkan 15 unit layanan ARV lainnya.

“Ada tujuh puskesmas dan sembilan rumah sakit yang menginisiasi ARV. Dr. Soetomo melayani pasien paling banyak,” katanya.

Selain RSUD Dr.Soetomo Hamzah juga menemukan ada enam layanan ARV lain yang berhenti memberikan FDC sejak Januari 2019. Namun, di seluruh unit yang kehabisan FDC, ARV tetap diberikan dalam bentuk pecahan. Terdapat empat butir obat yang diberikan untuk menggantikan satu butir FDC.

“Biasanya ODHA menerima empat butir. Ada tenovofir, efavirenz dan dua butir lamivudin,” katanya.

BACA JUGA: Jatim Peringkat Pertama Jumlah Penderita HIV/AIDS Di Indonesia

Hamzah yang bertugas memantau ketersediaan ARV di 16 unit layanan di Kota Surabaya menambahkan bahwa stok ARV dalam bentuk pecahan jumlahnya aman dan bisa diakses sekitar 2.000 ODHA.

“Resep diberikan setiap dua minggu atau satu bulan sekali tergantung kondisi pasien. Resep mingguan biasanya untuk ODHA yang baru saja berobat dan masih dipantau efek sampingnya,” katanya.

Pelayanan pengawasan ARV dari IAC, menurutnya kini ada di 23 kota di 12 provinsi. Tugasnya mendorong unit layanan ARV agar menyediakan stok obat secara berkelanjutan pada ODHA. Pemilihan lokasi pemantauan disesuaikan dengan sebaran ODHA.

“Misalnya di Jawa Timur ini pengawasan ARV ada di Surabaya dan Malang, karena prevalensi HIV-nya cukup besar,” katanya.