Minggu, 30 December 2018 23:12 UTC
Lokasi rumah adat Suku Tengger dan budidaya tanaman Edelweis. Foto: Zulkiflie
JATIMNET.COM, Probolinggo – Pegunungan Tengger dan Bromo memang menawarkan banyak lokasi wisata yang keren. Panorama alamnya yang indah, juga keramahan penduduk Tengger bisa menghangatkan suasana meski suhu sangat dingin.
Salah satu lokasi wisata yang bisa dikunjungi adalah pusat budi daya bunga abadi atau edelweis yang berlokasi di kaki Puncak Seruni Point, Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo.
Bunga Edelweis menjadi bunga khas di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Pelestarian bunga langka dan dilindungi itu digarap oleh sekelompok warga Suku Tengger yang tergabung dalam Pokdarwis Gunung Bromo Tengger.
Dari pintu masuk Cemoro Lawang, Anda bisa naik kendaraan pribadi, ojek, kuda, dan jeep, dengan waktu tempuh sekitar 10 menit. Lokasi budi daya tanaman edelweis ini, untuk sementara dibuka secara gratis.
BACA JUGA: H-2 Libur Tahun Baru 2019, Pengunjung Bromo Mulai Ramai
Ketua Pokdarwis Sugeng Djumadyono mengatakan, ada sekitar 1.500 bibit edelweis yang dibudidayakan di areal rumah adat Tengger seluas setengah hektare. Sejumlah bibit itu sengaja ditanam agar tanaman Edelweis tetap lestari.
Disebutkan Sugeng, sampai saat ini tanaman Edelweis masih digunakan warga Tengger, dalam upacara adat Suku Tengger seperti Agem-agem dalam perayaan Karo.
“Melalui adanya lahan budi daya ini, ke depan para warga Tengger tidak lagi mengambil tanaman Edelweis dari alam bebas. Diharapkan mereka bisa mengambil dari sini untuk keperluan adat,” jelasnya, Minggu 30 Desember 2018.
Sugeng menjelaskan, jika tanaman edelweis sendiri merupakan bagian dari kearifan lokal warga Suku Tengger Bromo. “Kalau edelweis di sini jenisnya anapanis javanica dan keberadaanya mulai langka dan perlu dilestarikan,” kata Sugeng.
Selain bisa mengetahui secara langsung tanaman edelweis, pengunjung juga dapat mengenal kebudayaan warga Suku Tengger. Pasalnya di lokasi ini, juga terdapat sebuah rumah adat Suku Tengger.
BACA JUGA: Tantangan Menuju Puncak Tembok Raksasa Seruni Point
Rumah adat Suku Tengger sendiri memiliki luas 10 X 9 meter persegi, dimana di dalamnya terdapat berbagai peralatan sehari-sehari khas warga Suku Tengger serta Pawon Tengger.
Camat Sukapura Yulius Christian berharap, adanya areal budidaya tanaman edelweis, bisa menjadi tempat pembelajaran bagi para siswa sekolah yang ingin belajar menanam edelweis.
Areal budidaya yang bersebelahan dengan rumah adat Suku Tengger, diharapkan juga menjadi salah satu tempat pembelajaran siswa sekolah maupun masyarakat umum, mengenal budaya Suku Tengger.
“Tentu adanya tempat ini, bisa jadi mini museum bagi wisatawan yang berkunjung. Selain mengenal tanaman khas Tengger, mereka juga tahu budaya Suku Tengger itu seperti apa,” kata Yulius.