Rabu, 09 October 2019 08:19 UTC
KOMPAK. Wagub Jatim Emil Dardak (tengah) didampingi Arumi Bachsin berupaya mendorong produk kerajinan Jatim untuk lebih diterima pasar Eropa dengan menggandeng industri kreatif asal Prancis, Ithemba. Foto: Baehaqi Almutoif.
JATIMNET.COM, Surabaya – Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Elestianto Dardak berencana meluncurkan merek dagang yang difasilitasi Dekranasda dan Ithemba, industri kreatif asal Perancis, untuk mengembangkan dan membantu produk kerajinan Jatim.
“Mereka (Ithemba) ingin menajamkan potensi dan kerja sama tahun 2020 mendatang, sekaligus berbagi informasi dan mempelajari potensi di Indonesia,” ujar Emil di sela meninjau stand Jatim Fair, Selasa 8 Oktober 2019.
Menurut Emil pemberian merek dagang ini sangat dibutuhkan untuk mendorong pasar Eropa bagi produk kerajinan Jatim. Karena itu, dibutuhkan kerja sama. Salah satu kata kuncinya adalah dengan tidak melakukan sendiri-sendiri.
BACA JUGA: Jatim Fair 2019 Ditargetkan Tembus Rp 100 M
“Produk dari Blitar atau Pamekasan misalnya, bisa menggunakan (merek ini nantinya). Tapi akan ada kurasi sesuai standar. Jika memenuhi standar akan dijual dengan satu merek, sehingga pemasaran lebih mudah dan kepercayaan bisa tinggi,” ungkapnya.
Sementara Ketua Dekranasda Jatim, Arumi Bachsin mengatakan kedatangan Ithemba untuk menyesuaikan peluang pasar. Selain itu juga untuk lebih mengetahui selera pasar Eropa, sehingga diharapkan bisa mendongkrak penjualan kerajinan Jatim.
Selama ini ekspor kerajinan Jatim ke Eropa belum begitu bagus. Bukan karena kualitas atau bahan-bahan yang jelek, namun kebanyakan soal desain. Selera orang Eropa berbeda dengan kebanyakan pasar Asia.
BACA JUGA: UKM Diharapkan Menjadi Garda Terdepan Ekonomi
Sebab itu dibutuhkan kolaborasi dan kerja sama dengan orang yang tinggal di Eropa. “Proses ini memang tidak mudah, tetapi harapan dari kolaborasi ini dapat memberi manfaat bagi UMKM di Jatim,” kata Arumi.
Dia mencontohkan desain batuan yang menjadi aksesoris produk Jatim, tidak begitu disukai Eropa. Kemudian soal keuletan pengerjaan, butuh ketelatenan yang lebih besar untuk bisa diterima di benua biru.