Logo

Murah Meriah Bertandang ke Sabang (2)

Reporter:

Sabtu, 22 September 2018 01:05 UTC

Murah Meriah Bertandang ke Sabang (2)

Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh.

JATIMNET.COM, Surabaya – Jika banyak jalan menuju Roma, hanya ada satu jalan menuju Sabang. Yakni melalui Pelabuhan Balohan.

Sebenarnya, dari situs penyedia jasa perjalanan wisata, saya pernah membaca ada maskapi yang membuka jalur penerbangan dari Medan ke Sabang pergi-pulang. Tapi jadwalnya tak tiap hari ada.

Saya tak heran dengan minimnya infrastruktur. Tapi yang aneh, katanya mau jadi tujuan wisata utama, kenapa moda transportasinya terbatas.

Di jalur laut, hanya ada pilihan kapal dari Pelabuhan Ulee Lheue di Banda Aceh menuju Balohan di Sabang. Pertama, Kapal Express yang dioperasikan perusahaan swasta, dan kedua, Kapal Ferry yang dioperasikan PT.ASDP Indonesia (Persero), perusahaan plat merah di bidang angkutan penyeberangan dan pengelolaan pelabuhan.

Perjalanan dengan Kapal Express hanya butuh waktu 45 menit. Sementara Kapal Ferry butuh waktu 1,5-2 jam. Karena perbedaan waktu tempuh itu, orang menyebut kapal cepat dan kapal lambat untuk membedakannya.

Dari Bandara Sultan Iskandar Muda perjalanan menuju Pelabuhan Ulee Lheue bisa ditempuh dengan menumpang bus Trans Koetaradja, ojek, atau mobil sewaan. Yang termahal mobil sewaan, harganya berkisar Rp 100 ribu hingga Rp 150 ribu sekali jalan.

Hari sudah petang ketika saya tiba, tak ada kapal tersisa. Bermalam di Banda Aceh menjadi pilihan.

Malam itu saya menginap di sebuah hotel bintang tiga di Peunayong. Seorang kawan merekomendasikan karena –selain berada di pusat kota- lokasinya berada dekat pasar dan pusat oleh-oleh.

Guyuran air membuat badan terasa segar. Tenaga kembali setelah terkuras perjalanan. Empat jam penerbangan tetaplah waktu yang membosankan, apalagi untuk orang seperti saya yang takut ketinggian.

Sebelum beranjak tidur saya sempatkan mampir ke Rex tak jauh dari hotel. Rex, ini sebutan untuk Pusat Jajanan Serba Ada (Pujasera) alias food court. Bermacam masakan khas Aceh tersedia di sana. Satu hal yang tak boleh terlupa, Kopi Aceh.

Peunayong adalah simbol keberagaman. Wilayah ini adalah rumah bagi beragam etnis. Konon nama Peunayong berasal dari “peu payong” yang berarti melindungi atau memayungi. Dalam sebuah hikayat disebutkan, Peunayong menjadi tempat Sultan Iskandar Muda menjamu para tamu mancanegara.

Pelabuhan Ulee Lheue Banda Aceh.
Pelabuhan Ulee Lheue Banda Aceh.

Sebagai kota pelabuhan, Aceh dikenal bangsa-bangsa di dunia sejak lama. Pada masa lalu, Kerajaan Aceh punya hubungan dagang dan diplomatik dengan bangsa Eropa dan Tionghoa.

Jejak keberagaman di Peunayong terlihat hingga kini. Gereja, vihara, dan masjid berdiri berdampingan di sana.

Sebagai pelancong, memilih Peunayong sebagai tempat menginap pun membawa keuntungan tersendiri. Dari sini, kita bisa mengunjungi Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh dengan berjalan kaki. Jaraknya hanya sekitar satu kilometer.

500 meter dari masjid, terdapat Lapangan Blang Padang. Ini semacam alun-alun kota. Di salah satu sudutnya, berdiri monumen Pesawat Seulawah 001.

Seulawah 001 adalah pesawat Dakota yang dibeli dengan duit rakyat Aceh. Pesawat itu lalu diserahkan pada pemerintah Indonesia dan berikutnya menjadi cikal bakal perusahaan penerbangan Garuda Indonesia.

Belakangan hubungan Jakarta dan Aceh memanas. Konflik bersenjata meletus. Bertahun-tahun tak berkesudahan.

Tak jauh dari Lapangan Blang Padang, berdiri Museum Tsunami. Museum yang gedungnya dirancang Ridwan Kamil (kini Gubernur Jawa Barat) itu menyimpan kenangan gempa bumi dan tsunami di Samudera Hindia pada 2004.

Sebanyak 250 ribu orang di 13 negara tewas akibat bencana. Aceh menjadi wilayah terparah dengan jumlah korban jiwa mencapai 170 ribu orang.

Orang tersentak dengan besarnya dampak tsunami. Saking dahsyatnya, konflik bersenjata antara tentara Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka berhenti.

Manusia bertikai, tsunami yang mengakhiri.

BACA JUGA:
Murah Meriah Bertandang ke Sabang (1)

Murah Meriah Bertandang ke Sabang (3)

Murah Meriah Bertandang ke Sabang (4-Habis)