Logo

Murah Meriah Bertandang ke Sabang (1)

Reporter:

Sabtu, 22 September 2018 00:32 UTC

Murah Meriah Bertandang ke Sabang (1)

Pulau Klah di Teluk Sabang

JATIMNET.COM, Surabaya – Di ketinggian sekitar 5 ribu kaki, Airbus A320 itu berputar ke kanan dan bersiap mendarat di Bandara Sultan Iskandar Muda, Blang Bintang, Aceh Besar. Matahari sore enggan beranjak ke peraduan meski waktu menunjukkan pukul 17.40 WIB. Dari kursi penumpang, saya melihat Samudera Indonesia berkilauan tertimpa sinarnya dan Pulau Weh yang menawan.

Awal pekan September lalu, ini kali kedua saya bertandang ke Serambi Mekkah. Seperti empat tahun lalu, barisan pohon kelapa dan persawahan menjadi pemandangan utama sebelum roda pesawat menyentuh landasan.

“Pemandangan seperti ini yang tak ada di Surabaya,” kata lelaki yang duduk di kursi sebelah.

Agaknya ia mafhum dengan muka saya sejak berangkat di Bandara Juanda, Sidoarjo.

“Kalau di sana kita melihat pabrik,” kata saya.

Bagi kebanyakan pelancong, Tanah Rencong bukan tujuan wisata yang menarik. Pemberitaan media tentang berlakunya syariat Islam melahirkan keraguan.

Sebelum berangkat, seorang kawan mewanti-wanti agar saya mengenakan celana panjang selama di sana. Ia tahu saya gemar bercelana pendek ke mana-mana. Kenapa tak bersarung saja sekalian, saya memrotes. Masak kualitas beragama ditentukan dari busana.

Tapi itulah yang berlaku. Ada pemandangan berbeda dalam penerbangan Jakarta-Banda Aceh. Seluruh pramugari mendadak berjilbab, padahal sebelumnya, dalam penerbangan Surabaya-Jakarta, tidak.

Tapi Sabang adalah pengecualian. Kota paling ujung barat Indonesia itu justru menjadi tujuan wisata. Pantainya yang indah, lautnya yang jernih, menjadikannya tempat favorit snorkling.

Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh.
Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh.

Tahun lalu, pemerintah menggelar Sail Sabang 2017. Ini festival bahari nusantara untuk memromosikan kekayaan laut Tanah Air. Lokasinya berpindah-pindah. Diselenggarakan pertama kali di Bunaken, pada 2016 festival ini digelar di Selat Karimata.

Saya pernah membaca beritanya di situs berita online. Dalam pembukaan Sail Sabang, Menteri Pariwisata Arief Yahya berharap festival bisa menarik kunjungan 20 ribu wisatawan, 3 ribu orang di antaranya merupakan wisatawan mancanegara. Lalu, hingga 2019 mendatang, kunjungan wisatawan mancanegara ke Sabang ditarget mencapai 20 juta orang.

Angka yang fantastis, begitu di benak saya ketika membaca kabar itu. Atau hiperbolis?

Entahlah, saya tak ingin berpusing-pusing dengan angka. Yang jelas, selain pesona keindahan baharinya, ada satu magnet di Sabang. Apalagi jika bukan titik Kilometer Nol Indonesia.

Ke sanalah saya menuju kali ini.

BACA JUGA:

Murah Meriah Bertandang ke Sabang (2)

Murah Meriah Bertandang ke Sabang (3)

Murah Meriah Bertandang ke Sabang (4-Habis)