Senin, 30 December 2019 11:37 UTC
ilustrasi. Foto: Wikipedia
JATIMNET.COM, Surabaya – Dua organisasi massa Islam, Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama, di Jawa Timur berbeda sikap tentang boleh atau tidak meniup terompet pada perayaan tahun baru.
Wakil Ketua Pengurus Wilayah Muhammadiyah Jatim Najib Hamid mengatakan boleh-boleh saja meniup terompet, termasuk menyalakan kembang api untuk merayakan tahun baru, asal tak berlebihan. “Sewajarnya saja,” katanya pada wartawan, Senin 30 Desember 2019.
Sementara, Ketua Pengurus Wilayah NU Jatim KH Marzuki Mustamar enggan mengomentari perkara itu. “Apakah itu identik dengan agama tertentu, apakah halal haram itu domainnya rais syuriah dan MUI yang menilai,” katanya ketika dihubungi secara terpisah.
BACA JUGA: Jelang Tahun Baru, Hotel di Bromo Nyaris Full Booked
Tapi keduanya sepakat agar masyarakat tak merayakan malam pergantian tahun dengan pesta yang berlebihan.
Islam, kata Najib, menganjurkan tak berfoya-foya. Perilaku itu bahkan dilarang. Sehingga pesta berlebihan untuk merayakan malam tahun baru tak dilakukan. Sebaliknya, malam tahun baru sebaiknya digunakan untuk ibadah, berkegiatan sosial, serta introspeksi.
“Tahun baru lebih baik untuk evaluasi atau muhasabah terhadap yang sudah dilakukan, sebagai bahan atau bekal untuk aktivitas yang akan datang,” imbaunya.
BACA JUGA: Sambut Nataru KBS Kenalkan Satwa dan Budaya Nusantara Indonesia
Senada dengan Najib, Kiai Marzuki meminta semua kader NU beraktivitas seperti biasa. Sebab, dalam syariat Islam tidak diatur ibadah-ibadah khusus untuk menyambut tahun baru.
“Yang biasanya ngaji ya ngaji. Yang kerjanya Satpam ya jaga seperti biasa. Tetap salat lima waktu, semua seperti biasanya,” katanya.
Kalau pun ada yang berniat menggelar kegiatan pada malam pergantian tahun, menurut dia, silakan saja. Selain tak perlu digelar secara berlebihan, ia mengimbau tetap menjaga syariat dan kerukunan warga.