Logo

Menilik Kisah Sukses Pengusaha TTG di Perbatasan Mojokerto, Tembus Timor Leste 

Reporter:,Editor:

Sabtu, 22 October 2022 00:20 UTC

Menilik Kisah Sukses Pengusaha TTG di Perbatasan Mojokerto, Tembus Timor Leste 

Muhammad Anwar, 32 tahun warga Desa Sumberwuluh, Kecamatan Dawarblandong, Kabupaten Mojokerto pengusaha muda yang sukses memproduksi berbagai mesin teknologi tepat guna (TTG)

JATIMNET.COM, Mojokerto - Muhammad Anwar, 32 tahun warga Desa Sumberwuluh, Kecamatan Dawarblandong, Kabupaten Mojokerto pengusaha muda yang sukses memproduksi berbagai mesin teknologi tepat guna (TTG) hingga menembus pasar mancanegara Timor Leste. 

Tak ada yang menyangka wilayah di sudut utara Kabupaten Mojokerto ini mampu menghasilkan berbagai mesin tersebut setiap harinya bernilai jutaan rupiah. 

Di bengkel seluas 6 x 15 meter persegi di Desa Sumberwuluh, Kecamatan Dawarblandong inilah, Muhammad Anwar (32) menghasilkan berbagai mesin TTG berbahan stainless pilihan hingga omset mencapai ratusan juta tiap bulannya. 

Seperti, pengaduk dodol, mesin penepung, pemeras santan, pemecah kopi, hingga roasting lengkap dengan alat cooling down nya senilai jutaan rupiah diproduksinya. 

Terlihat mesin bubut, alat pengelasan, gerinda, dan lembaran baja tahan karat (stainless steel) memenuhi ruang bengkel yang beroperasi setiap hari Senin hingga Sabtu ini. 

Ada delapan karyawan turut beraktivitas sejak pukul 08.00 WIB sampai pukul 16.00 WIB di tengah percikan api yang bersemburat keluar mewarnai dari setiap milimeter logam yang terpotong. 

Kisah sukses ini pun dimulainya sejak tahun 2016 lalu, Anwar yang lulusan SMA memberanikan diri keluar dari tempatnya bekerja di dunia stainless steel pada tahun 2011 hingga akhir 2016 di Surabaya, Jawa Timur. 

Ia pun memulai debut di industri TTG rumahan ini dengan membuat alat peras santan seharga Rp 5 juta per unitnya. Dalam sehari ayah dua anak ini mampu memproduksi alat itu sebanyak satu unit. 

"Awal dulu produksi peras santan, banyak permintaan soalnya. Penjualannya sudah sampai Gorontalo, Makassar, dan Papua," ucapnya saat ditemui di bengkel yang berada persis di samping rumahnya.

Sedangkan untuk alat roasting kopi senilai Rp 10 juta, di produksinya mulai sejak tahun 2019. Dimana pengerjaannya membutuhkan waktu minimal tiga hari. 

Pengerjaan produksi alat roasting kopi semakin meningkat justru saat pandemi Covid-19 masuk di tahun 2019 hingga saat ini. Pasalnya, banyak karyawan pabrik yang di PHK hingga memilih berjualan kopi dan memesan alat roasting miliknya. 

Pemasarannya diminati wilayah Jawa Tengah, DKI Jakarta, hingga permintaan prototype di pasar mancanegara Timor Leste. "Kecil satu sampai dua hari. Kalau besar minimal tiga hari. Untuk desain dari kami semua, jadi tergantung permintaan pelanggan," ujar suami dari ini. 

Dengan keuletan dan ketelatenannya di dunia industri TTG hingga tahun 2022 ini, pria lahiran Banyulegi, 29 Juni 1990 sudah menelurkan banyak alat-alat TTG untuk UMKM, pertanian, dan peternakan. 

Tak hanya itu, ia juga mampu memenuhi kehidupan sehari-hari keluarganya, membeli sebidang tanah, dan berencana untuk mendaftarkan diri berangkat umroh dan haji bersama istri dan orang tuanya. 

"Alhamdulillah, buat saya produksi alat-alat ini harus bermanfaat. Jadi untuk menghasilkan alat TTG, saya melakukan konsultasi dengan si pemesan. Biar sama-sama tidak merugikan," ia memungkasi.