Logo

Mengenal "Gereja Merah" di Kota Probolinggo

Reporter:,Editor:

Jumat, 14 December 2018 01:00 UTC

Mengenal "Gereja Merah" di Kota Probolinggo

Gereja Merah di Kota Probolinggo. Foto: Zulkiflie

JATIMNET.COM, Probolinggo - Kota Probolinggo memiliki gereja bersejarah yang berada di Jalan Suroyo, Kecamatan Mayangan. Dibangun di masa kolonial, gereja yang disebut "Gereja Merah" oleh warga Kota Probolinggo ini menjadi wisata religi bagi umat Nasrani.  

Bukan hanya karena usia bangunannya yang sudah lama, namun desain serta arsitektur gereja ini cukup menarik dan berbeda dengan gereja-gereja lainnya.

Gereja ini dinamakan Gereja Merah karena nyaris seluruh bagian bangunan dicat dengan warna merah. Merah bagi jemaat gereja yang dibangun sekitar tahun 1862 ini memiliki makna filosofi darah Yesus Kristus, yang tumpah untuk menyelamatkan dosa-dosa manusia.

Gereja merah di Kota Probolinggo ini sudah ada pada masa pendudukan VOC, di mana material bangunan didatangkan langsung dari Jerman. Ini dapat dilihat dari tera yang ada di anak tangga pertama saat memasuki bangunan gereja: Gebound Anno 1862.

Gereja Merah dibangun oleh Pendeta Pati Rajawane, pada masa Belanda di bawah kepemimpinan Bupati Meijer, bupati pertama Probolinggo.

Gereja yang berlokasi di pusat Kota Bayuangga ini, diketahui hanya ada dua di dunia. Yang pertama berlokasi di Denhag Belanda dan kedua berlokasi di Kota Probolinggo. Dan konon, hanya gereja di Kota Probolinggo ini yang masih berfungsi sebagai rumah ibadah.

Sementara gereja yang berada di Belanda sudah beralih fungsi menjadi sebuah bar. Gereja peninggalan zaman Belanda ini, dibangun dengan gaya arsitektur Gotik. Hampir semua bagian gereja terbuat dari besi dan seng. Hanya beberapa bagian saja seperti pelapis dinding terbuat dari kayu.

Sedangkan kerangka bangunan yang memiliki luas sekitar 150 meter persegi dan tinggi 12 meter ini seluruhnya terbuat dari besi yang disambungkan dengan mur dan baut.

Saat dibangun, warna cat gereja adalah putih. Bentuk bangunan yang segitiga merupakan gambaran Trinitas, yang berarti Allah Bapa, Allah Putra, dan Roh Kudus. Sementara fungsi menara sebagai tempat lonceng penanda waktu ibadah.

Pergantian warna dilakukan karena letak geografis Kota Probolinggo yang dekat dengan pantai. Guna mencegah korosi metal konstruksi bangunan gereja oleh udara pantai. Selain ini agar bangunan nampak lebih indah.

Di bagian dalam gereja merah terdapat tiga ruangan yakni ruangan utama jemaah gereja, ruangan pastori gereja, dan ruangan penyimpanan barang bersejarah.

Gereja merah juga menyimpan sejumlah benda bersejarah yang masih berfungsi sampai saat ini. Seperti alat-alat Perjamuan Kudus, cawan, dan seloki dimana seluruhnya dibuat tahun 1868. Selain itu, ada juga Al Kitab yang masih menggunakan bahasa Belanda Kuno dan ditulis pada tahun 1818 hingga 1819.

Salah satu pendeta Gereja Merah, Ripka Atalaka menyebut keunikan Gereja Merah terletak pada konstruksi bangunannya yang menggunakan sistem knock down atau bongkar pasang.

Menurut Ripka, Gereja Merah sempat berwarna putih pada zaman pendudukan tentara Jepang, dan pernah dipakai sebagai gudang senjata. Hingga akhirnya difungsikan lagi sebagai rumah ibadah setelah Indonesia merdeka.

"Dulu konstruksi bangunan gereja ini, sengaja dipesan dari Jerman oleh negara Belanda, dengan biaya sekitar 15 ribu gulden," katanya Kamis 13 Desember 2018.

Seiring perkembangan zaman, Ripka menyebut sebutan Gereja Merah kemudian berganti nama Gereja Protestan di Indonesia Bagian Barat (GPIB) Immanuel.

Meski sudah berusia hampir ratusan tahun, Ripka mengatakan keberadaan Gereja Merah tetap digunakan sebagai tempat peribadatan. Gereja ini juga rutin menggelar perayaan hari-hari besar Kristen seperti Natal.

"Saat perayaan Natal, kami selalu gunakan untuk ibadah Pak. Selain itu bila mendekati Natal, ya ramai warga lokal maupun luar daerah beragama Nasrani mengunjungi gereja ini sebagai lokasi wisata religi," paparnya.

Seperti yang dilakukan Kristiana (23), warga asal Surabaya. Kristina mengaku sengaja datang ke Kota Probolinggo hanya untuk melihat keberadaan Gereja Merah secara langsung. Menurut Kristina, Gereja Merah bentuknya memang unik dan bisa dikatakan bersejarah karena bentuk bangunannya yang masih asli.

"Bagus Pak bentuknya unik apalagi cuman ada dua di dunia katanya, jadi perlu dijaga dan dilestarikan bangunannya. Untuk latar foto selfie juga keren pak," ujarnya. Otoritas gereja ini tidak memungut biaya kepada pengunjung yang hendak memasuki areal gereja ini.

Gereja Merah bisa menampung hingga 200 jemaah. Gereja ramai dikunjungi ketika memasuki puncak perayaan Natal. Gereja Merah saat ini masih tetap digunakan Jemaah Kristen Protestan, di bawah naungan GPIB yang dipimpin pendeta Ribka Yuneri Atalaka.