Rabu, 21 October 2020 10:40 UTC
BATIK: Salah satu kekayaan ragam batik yang menarik untuk diamati baik motif maupun nilai filosofinya yaitu batik gendongan. Foto: Humas House of Sampoerna.
JATIMNET.COM, Surabaya - Salah satu kekayaan ragam batik yang menarik untuk diamati baik motif maupun nilai filosofinya yaitu batik gendongan. Pasalnya meski mempunyai fungsi yang sama, namun hampir setiap daerah memiliki ciri khasnya masing-masing.
Nah untuk mengenal lebih jauh dan mendekatkan masyarakat dengan keunikan batik gendongan, Galeri Paviliun House of Sampoerna menggandeng Komunitas Batik JawaTimur (KIBAS) menggelar pameran daring bertajuk “Batik Gendongan Jawa Timur” mulai 22 Oktober hingga 22 November 2020.
"Penyelenggaraan pameran ini juga bertujuan untuk menyampaikan informasi tentang betapa pentingnya batik gendongan bagi kehidupan masyarakat," kata Manajer House of Sampoerna, Rani Anggraini, Rabu 21 Oktober 2020.
Sebagai informasi, gendongan merupakan kosa kata yang memiliki konotasi sebagai alat angkut untuk membawa manusia (bayi), barang bawaan, maupun barang hantaran (buwuhan). Pada masyarakat Jawa Timur, batik gendongan memiliki beberapa istilah yang beragam dengan ciri khas dan nilai budaya masing-masing daerah.
BACA JUGA: Plesiran Sejarah, Seni dan Budaya Secara Daring di Surabaya
Pada masyarakat Madura misalnya, menyebut gendongan dengan istilah bhenbhen. Sedangkan masyarakat Tuban khususnya masyarakat Kerek, menyebutnya dengan istilah sayut. Secara umum, gendongan, bhenbhen, dan sayut memiliki arti yang sama. Namun, masing-masing daerah memiliki struktur, ukuran, serta motif yang berbeda-beda.
"Sebanyak 50 kain batik gendongan yang dipamerkan, masing-masing berasal dari tiga daerah yang berbeda di Jawa Timur yaitu zona batik pedalaman, pesisiran dan Madura," ia menuturkan.
Motif yang dimiliki batik gendongan pun lebih memunculkan simbol-simbol kesuburan, kemakmuran, dan juga perlindungan. Rani berharap melalui pameran ini masyarakat semakin bangga akan kekayaan batik Indonesia.
"Semoga, pameran batik daring ini dapat menarik minat generasi milenial untuk menjelajahi dan mendalami ragam batik Indonesia beserta nilai filosofinya, selain menjadi penyemangat bagi pembatik untuk meneruskan tradisi, berkarya menghasilkan warisan budaya yang memiliki nilai tinggi ini," ia mengungkapkan.
BACA JUGA: Tur Virtual Surabaya Heritage Track, Eksplorasi Sejarah Dalam Satu Sentuhan Jari
Sementara, Ketua KIBAS Tutur Lintu Tulistyantoro mengatakan, gelaran ini sekaligus menandai 11 tahun perjalanan KIBAS dan kerjasama dengan HoS. "Saya berharap KIBAS dapat terus aktif mengedukasi generasi muda dan menginspirasi pengrajin untuk mendorong terciptanya kerajinan batik yang sarat akan nilai luhur serta turut melestarikan batik gendongan," kata Tutur.
Perlu diketahui, KIBAS didirikan pada 2007 dengan nama Komunitas Batik Surabaya yang disingkat menjadi KIBAS. Namun pada 2009, selain berkiprah di Surabaya, KIBAS juga meluas di Jawa Timur. Oleh karena itu, KIBAS pun berganti nama menjadi Komunitas Batik Jawa Timur (KIBAS).
"Komunitas ini terdiri dari pecinta, kolektor, pengrajin, desainer dan masyarakat umum. KIBAS memiliki visi dan misi untuk mensosialisasikan batik Jawa Timur kepada masyarakat," ia memungkasi.
