Selasa, 06 August 2019 15:55 UTC
Mantan Wakil Menteri Perdagangan tahun 2014, Bayu Krisnamurthi di kampus Politeknik Negeri Banyuwangi (Poliwangi), Selasa 6 Agustus 2019. Foto: Ahmad Suudi.
JATIMNET.COM, Banyuwangi - Memasuki era Industri 4.0 berbagai inovasi teknologi harus menyesuaikan pada kondisi masyarakat, alih-alih mengubah perilaku. Hal itu yang menjadi inti paparan mantan Wakil Menteri Perdagangan tahun 2014, Bayu Krisnamurthi, yang disampaikannya dalam seminar nasional di aula kampus Politeknik Negeri Banyuwangi (Poliwangi), Selasa 6 Agustus 2019.
Menurutnya teknologi Artificial Intelligence (AI), Internet of Things (IoT), robotik dengan sensor, pencetak tiga dimensi, yang menjadi bagian ciri Industri 4.0, justru penggunaannya harus bisa disesuaikan pada kondisi masyarakat. Dikatakannya customize atau penyesuaian desain pemanfaatan teknologi lebih memungkinkan diarahkan pada kebutuhan masyarakat lokal.
Misalnya di Banyuwangi, pada potensi-potensi pertanian yang telah ada, teknologi masuk untuk mendukung kesejahteraan petani. Dia menantang ratusan mahasiswa dan pelajar SMA yang hadir untuk berinovasi dengan buah naga yang banyak terdapat di Banyuwangi, mengembangkan produksi dan penjualan beras merah petani, atau membuat kantong platik dari bahan singkong.
BACA JUGA: Era 4.0 Pemerintah Libatkan Internet untuk Tingkatkan Pelayanan ASN
"Adakah anak-anak muda, orang-orang kreatif yang mengambil ide itu, yang mencari peluang-peluang baru, memanfaatkan teknologi, disesuaikan dengan kondisi masyarakat setempat yang ada," kata pria yang menjabat Ketua Dewan Penasehat Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (Perhepi) Pusat.
Dia mengatakan dukungan teknologi baru pada produk pertanian bisa dilakukan dengan peningkatan produksi maupun peningkatan daya saing. Artinya selain membantu meningkatkan produksi, inovator bisa membantu di sisi kemasan atau branding produk pertanian.
Menurutnya Banyuwangi menjadi contoh klasik di mana sebuah daerah yang memiliki banyak keterbatasan sekaligus sedikit peluang. Namun peluang dikembangkan dengan teknologi untuk berbagai layanan pemerintahan sehingga daerah ujung timur Pulau Jawa itu bisa dikembangkan hingga prestasinya didengar secara luas kini.
BACA JUGA: Era 4.0, Ikip Budi Utomo Malang Melawat ke Brunei Darussalam
"Ternyata mampu bangkit, dengan sebuah pendekatan yang out of the box, yang berbeda, kalau ada yang ambil inisiatif, ada yang kreatif melihat peluang-peluang tadi," kata dia lagi.
Sementara pengusaha penjualan minuman waralaba Tuk Tuk Tea, Rudy Purbianto, memaparkan pengalamannya membangun konsep produk teh campur susu pada tahun 2013, yang baru diluncurkannya empat tahun kemudian. Namun kini dirinya telah memiliki 36 cabang dan 18 yang akan buka, yang menunjukkan kegagalan usaha setahun dua tahun tidak boleh mematahkan semangat membangun usaha.
"Kalau kamu membangun usaha mulai sekarang, mungkin tahun 2022 atau 2023 baru usahamu akan berjalan. Siapkan mental, karena kalau tidak, akan tenggelam kena omongan orang," kata Rudy yang kemudian memberikan beberapa contoh perkataan negatif orang lain yang pernah diterimanya saat dahulu Tuk Tuk Tea hanya laku sembilan gelas.