Selasa, 06 August 2019 08:23 UTC
Foto oleh Pexels
JATIMNET.COM, Surabaya – Maryani, seorang janda berusia 64 tahun pergi haji setelah menabung selama 26 tahun. Ia mampu membayar biaya haji dari hasil memulung sampah dan menjual pasir dari Sungai Ciliwung.
“Saya selalu ingin pergi haji,” kata Maryani pada Anadolu, aa.com, Jumat 2 Agustus 2019, sebelum ia berangkat ke Arab Saudi.
Maryani melanjutkan, jika keinginannya pergi ke Makklah semakin kuat setelah suaminya meninggal di tahun 1980an.
Namun ia bingung mencari cara untuk mendapatkan uang, sementara ia harus membesarkan empat orang anak seorang diri. “Saya mulai mengumpulkan sampah,” katanya.
BACA JUGA: Gangguan Daya Ingat, Dua Calon Haji Batal Berangkat
Sejak itu, ia bekerja sejak senja hingga menjelang Subuh, sekitar pukul 05:00 WIB. Ia pun mulai menabung untuk pergi haji sejak 1993.
“Usai hujan deras, saya juga menjual pasir” katanya.
Karena ia tinggal di tepian Sungai Ciliwung, Jakarta, ia sering ikut menggali pasir dari sungai dan menjualnya ke toko material. Ia mampu mengumpulkan sedikitnya lima karung pasir dalam sehari, dan menjualnya dengan harga Rp 8 ribu per kantong.
Tahun 2012, setelah bekerja keras selama dua dekade, tabungan Maryani mencapai Rp 25 juta, jumlah yang cukup untuk membayar biaya pendaftaran haji saat itu.
BACA JUGA: Haji Termuda Asal Malang Sempat Gagal Berangkat di Tahun 2013
Ia pun semakin bekerja keras untuk memenuhi kurang bayarnya, sebesar Rp 10 juta. Ia merahasiakan semua rencana dan tabungannya pada anak dan keluarganya selama bertahun-tahun.
Bahkan anaknya tak tahu jika selama ini Maryani membayar biaya hajinya dari mengumpulkan sampah dan menjual pasir.
Maryani baru memberiatahu anaknya setelah undangan untuk berhaji datang pada April, dari Kementerian Agama.
Ia mengakui, 26 tahun adalah masa yang panjang. Ia tak pernah menyerah, selalu bersemangat dan tak pernah merasa lelah.
BACA JUGA: Sita Cobek dan Mangga, Panitia Haji Surabaya Tegaskan Barang Tak Dikembalikan
Dalam memulung sampah, Maryani tak segera menjual hasilnya. Ia menunggu dan mengumpulkan selama satu tahun, sebelum menjualnya.
“Sekali jualan, saya bisa mendapatkan sekitar Rp 1,2 juta. Saya tabung Rp 1 juta serta saya pakai sisanya,” katanya.
Sedangkan, untuk kebutuhan sehari-hari, Maryani didukung oleh anak-anaknya yang telah menikah dan hidup terpisah.