Logo

Manten Kopi, Ritual Panen Raya Kopi di Lereng Kelud

Reporter:,Editor:

Sabtu, 22 June 2019 11:35 UTC

Manten Kopi, Ritual Panen Raya Kopi di Lereng Kelud

MANTEN KOPI. Prosesi mengarak pasangan kopi lanang dan kopi wadon sebagai tanda dimulainya panen raya kopi di perkebunan kopi Karanganyar, Blitar, Sabtu 22 Juni 2019. Foto: Yosibio

JATIMNET.COM, Blitar – Sebuah tradisi yang sempat hilang menjelang panen raya kopi di kawasan lereng Gunung Kelud kini mulai dihidupkan kembali. Ritual “manten kopi”, sebuah tradisi yang berlangsung di perkebunan Kopi Karanganyar, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar.

Hilangnya tradisi selama beberapa tahun karena vakumnya penggilingan kopi di kawasan tersebut yang merupakan peninggalan era penjajahan Belanda.

Ritual ini dilakukan dengan mempertemukan kopi lanang (laki-laki) dan kopi wadon (perempuan) dari pohon yang memiliki buah kopi terbaik, yang ada di perkebunan sisi selatan lereng Gunung Kelud.

BACA JUGA: Warga Blitar Berebut 1.000 Tumpeng Puncak Haul Bung Karno

Prosesi manten kopi dimulai dengan kirab keliling sekitar areal perkebunan, mulai dari tokoh masyarakat, pemetik kopi, dan warga sekitar, dengan diiringi tetabuhan gamelan jawa dan kesenian kuda lumping.

Memasuki areal perkebunan kopi yang dibangun sekitar 1874, sesepuh desa kemudian memetik tangkai kopi lanang dan kopi wadon. Kedua tangkai dengan buah kopi matang ini selanjutnya disatukan dalam ikatan perkawinan dalam kain putih.

Setelah prosesi ijab qabul manten kopi, pasangan kopi yang baru “dinikahkan” ini kemudian diarak kembali menuju ke paseban (balai/pendapa) di tengah komplek pabrik kopi.

BACA JUGA: Ngopi Sekaligus Belajar Manual Brewing di MoCa Banyuwangi

Pasangan kopi ini diserahkan kepada pengelola perkebunan dan diteruskan kepada kepala pabrik untuk selanjutnya dibawa ke lokasi penggilingan.

"Tradisi manten kopi ini memang sudah turun temurun dari zaman sebelum kakek saya. Sejak kapan pastinya memang tidak tertulis dalam catatan, yang jelas kakek saya dulu mengelola kebun ini jauh sebelum kemerdekaan, " terang Wima Bramantya, pengelola kebun kopi Karanganyar, kepada wartawan usai acara, Sabtu 22 Juni 2019.

RAWAT TRADISI. Ritul "Manten Kopi' yang sempat hilang kembali dihidupkan untuk menandai panen raya kopi di perkebunan kopi lereng Gunung Kelud, Blitar. Foto: Yosibio

Wima menambahkan, tradisi ini kembali dihidupkan karena sempat terhenti beberapa tahun. Acara ini untuk nguri-nguri (melestarikan) warisan leluhur, sekaligus sebagai tanda panen raya kopi dimulai setiap tahunnya.

Lokasi perkebunan kopi dengan ketinggian sekitar 400-600 meter di atas permukaan laut ini merupakan penghasil kopi robusta dan excelsa yang mampu memanen kopi 100-150 ton per tahun.

BACA JUGA: Minum Kopi Gelas Terbalik Aceh Diusulkan Jadi Warisan Budaya

"Menyambut panen raya kopi sebagai ucapan rasa sukur diberi rezeki. Dengan ritual manten ini diharapkan panen lancar dan membawa berkah bagi semua," imbuh Wima.

Tradisi ini juga menjadi daya tarik wisatawan lokal maupun mancanegara. Lokasi perkebunan kopi yang kini menjadi wahana wisata edukasi tentang kopi, selalu menjadi tujuan wisatawan asing untuk belajar tentang kopi.

Apalagi, lokasi ini berjarak sekitar lima kilometer dari Candi Penataran, candi terbesar peninggalan Hindu di Jawa Timur.

BACA JUGA: Kopi Indonesia Mendapat Perhatian dalam World Coffee di Jerman

Seperti rombongan wisatawan asing asal Jepang dan Philipina yang juga ikut dalam ritual manten kopi ini. Mereka mengaku senang dan kagum dengan tradisi unik di Indonesia ini.

Kegemaran mereka minum kopi membuatnya menjejakkan kaki di lereng Kelud dan tinggal beberapa bulan untuk belajar tentang kopi Blitar.

"Saya baru pertama kali lihat ritual manten kopi ini. Saya kagum dengan budaya Indonesia yang kaya ini. Saya dan teman teman datang ke sini karena kami penyuka kopi, " ujar Maia Akino, seorang wisatawan asal Jepang kepada Jatimnet.com di sela acara.