Logo

Mahasiswa UK Petra Desain Djiwanta untuk Penderita Bipolar

Reporter:,Editor:

Sabtu, 31 August 2019 07:27 UTC

Mahasiswa UK Petra Desain Djiwanta untuk Penderita Bipolar

DEMI KENYAMANAN. Mahasiswa Universitas Kristen Petra (UK Petra) Surabaya Ronaldo Fantoni menunjukkan maket The Djiwanta untuk penderita bipolar. Foto: Khoirotul Lathifiyah.

JATIMNET.COM, Surabaya – Mahasiswa Universitas Kristen Petra (UK Petra) Surabaya Ronaldo Fantoni (22) membuat inovasi bangunan sebagai fasilitas terapi orang dengan gangguan mental bipolar. Desain arsitektur tersebut diberi nama The Djiwanta.

Pria asal Malang ini menyebut desain yang dibuatnya mengacu pada kurangnya perhatian masyarakat terkait gangguan mental. “Bahkan fasilitas yang menunjang untuk terapi pun belum ada di Indonesia,” kata Ronaldo di UK Petra Surabaya, Sabtu 31 Agustus 2019.

Menurutnya kesehatan mental bipolar ini sangat penting, sehingga orang yang mengalami gangguan atau bipolar tidak dianggap aneh atau bahkan gila oleh masyarakat.

Ronaldo mengungkapkan desain arsitektur untuk terapi orang bipolar sangat dibutuhkan. Hal ini terlihat setelah ia mendapatkan informasi kurangnya fasilitas terapi di Indonesia, khususnya Kota Surabaya.

BACA JUGA: Mahasiswa UK Petra Ubah Ampas Kopi Jadi Meja

“Saya sudah ke RSUD dr Soetomo untuk bertemu langsung dengan orang bipolar dan psikiater. Rata- rata penderita bipolar pernah melakukan percobaan bunuh diri. Ditambah belum ada fasilitas terapi yang memadai,” kata dia.

Melihat hal tersebut, dia sengaja mendesain bangunan untuk terapi bipolar dengan konsep arsitektur perilaku. Tujuannya agar setiap pasien yang menjalani terapi tidak merasa takut, kaku, dan tertekan.

DESAIN. Maket The Djiwanta yang dipamerkan di UK Petra. Foto: Khoirotul Lathifiyah.

Ronaldo menyampaikan konsepnya adalah bangunan dengan berpagar tinggi, yang lingkungannya didominasi taman, pepohonan dan burung-burung. Sehingga pasien akan merasa berlibur dan melakukan aktivitas dengan senang.

“Misalnya bipolar yang rentan melakukan bunuh diri, dianjurkan tinggal di dalam bangunan dengan railing (pagar pembatas), atau diberi tangga yang lebih tinggi dari biasanya,” kata Ronaldo.

BACA JUGA: Komunitas Asem Growong Tularkan Skill Membatik ke Mahasiswa Asing

Ia menjelaskan proses peneliatian dan merancang desain arsitektur berlangsung selama kurang lebih enam bulan. Hal ini karena di Indonesia belum ada fasilitas yang menunjuang kesehatan mental atau bipolar.

Ronaldo mengadopsi konsep bangunan dari negara maju seperti Australia atau Amerika Serikat. Negara-negara maju ini sudah menyediakan fasilitas bangunan terapi bipolar. “Saya akan terus berkoordinasi dengan komunitas atau organisasi bipolar,” katanya.

Dengan menggandeng organisasi bipolar, diharapkan memudahkan realisasi inovasi di Surabaya. Karena beberapa motivator dan organisasi bipolar mengharapkan adanya fasilitas bangunan terapi bipolar.

Adapun luas lahan The Djiwanta yang didesainnya 7.000 meter persegi. Bangunan tersebut dilengkapi dengan banyaknya taman dan pepohonan. Ronaldo berharap inovasinya dapat digunakan dan direalisasikan pemerintah.