JATIMNET.COM, Surabaya – Sejumlah perempuan paruh baya tampak sumringah menyambut 33 mahasiswa asing dan lokal di Siwalankerto Timur III RT 7 RW 5 Surabaya, Sabtu 3 Agustus 2019.

Matahari belum begitu terik karena waktu masih menunjukkan pukul 08.30 saat puluhan mahasiswa ini datang ingin belajar membatik ke Komunitas Asem Growong. Sebuah komunitas yang terdiri dari ibu-ibu rumah tangga binaan Sociopreneurship Dosen Fakultas  Seni dan Budaya (FSD) Universitas Kristen (UK) Petra Surabaya.

Empat meja yang dilengkapi peralatan membatik pun sudah disiapkan. Kelereng, karet, cat warna alami dalam botol berukuran 60 dan 120 mililiter, serta kain berbentuk segitiga. Komunitas ini memang dikenal dengan kemampuan membuat batik jumputan sejak 2015.

Muslimah (46), salah satu anggota komunitas mengatakan, membuat batik jumputan sebenarnya cukup mudah karena untuk membatik selembar kain cukup mengikatkan kelereng ke kelereng di bagian yang diinginkan.

BACA JUGA: Maba UK Petra Surabaya Ajak Siswa SD Tanam Sayur Hidroponik

Satu per satu mahasiswa mulai mengelilingi salah satu isntruktur. Memperhatikan instruksi dan mengamati contoh yang diperagakan.

Dengan serentak, mahasiswa lalu mengikatkan kelereng pada kain segitiga untuk percobaan. Ikatan kelereng tersebut kemudia disemprot dengan pewarna sesuai dengan keinginannya.

"Jadi ada warna kuning, merah, biru, jingga, dan lainnya. Biasanya kami membuat pewarna ini dari bahan alami seperti daun secang, daun jati," kata Muslimah.

Setelah melakukan uji coba dengan kain kecil, semua mahasiswa mulai membuat Batik Jumputan menggunakan kaos putih yang sudah disiapkan.

BACA JUGA: KKN Berkelanjutan, UK Petra Dorong Begagan Jadi Desa Wisata

Sekitar pukul 09.15 WIB para mahasiswa yang tergabung dalam SuraBali Program 2019 ini mulai mengikatkan beberapa buah kelereng pada kaos yang dipegangnya. Semua berkreasi sesuai dengan keinginannya, karena setiap mahasiswa mendapatkan satu kaos.

Sementara itu, Mahasiswa International Christian University-Jepang Daiki Numata mengaku sedikit kesulitan saat membuat pola seperti yang dibuat Ibu-ibu Asem Growong. Tapi ia terus mencoba membuat sendiri membatik kaos yang disediakan untuknya.

"Ini pertama kali belajar batik, belajar baju tradisional Indonesia. Sulit buat batiknya tapi senang sekali" kata dia.

Dalam kesempatannya, Daiki mengikatkan sebanyak enam hingga delapan kelereng pada kaosnya. Warna yang dipilih pun beragam, ada merah dan juga biru.

BACA JUGA: Empat Perguruan Tinggi Swasta Ajarkan Pentingnya Kewirausahaan

Koordinator SuraBali Program 2019 Mariana Wibowo menyampaikan kegiatan ini menjadi salah satu langkah untuk memujudkan visi world class university bersama.

"Kegiatan inbound mobility sebagai upaya indikasi diraihnya pengakuan internasional," kata dia.

Perlu diketahui, UK Petra Surabaya bekerjasama dengan Universitas Airlangga (Unair) dan Universitas Udayana (Unud) sebagai sebuah konsorsium. Pesertanya kali ini terdiri dari Cina, Jepang, dan Indonesia. Tercatat 20 orang mahasiswa Indonesia dan 13 mahasiswa asing.

BACA JUGA: Empat PTS Percantik Gunung Anyar Tambak sebagai Destinasi Wisata

“Selama 12 hari, para peserta secara bergantian belajar di Unair, UK Petra, dan Unud-Bali. Tema pembelajaran di UK Petra yaitu Sociopreneurship di Indonesia,” kata Mariana.

Ia juga menjelaskan, para peserta akan belajar di UK Petra mulai 1-4 Agustus 2019. Mengambil fokus sustainable design, kegiatan ini digawangi oleh Fakultas Seni dan Desain UK Petra. Kegiatan meliputi perkuliahan di kelas, diskusi kelompok, workshop, site visit, show casing dan field trip.