Logo

Mahasiswa ITS Rancang Jembatan Penyeberangan Ramah Difabel

Reporter:,Editor:

Selasa, 15 January 2019 10:50 UTC

Mahasiswa ITS Rancang Jembatan Penyeberangan Ramah Difabel

Konsep JPO ramah difabel karya CT Generation II milik mahasiswa ITS Surabaya. Foto: Humas ITS

JATIMNET.COM, Surabaya – Tiga mahasiswa Teknik Infrastruktur Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya mendesain jembatan penyeberangan orang (JPO) yang ramah bagi difabel. Desain jembatan ini lebih ekonomis karena mampu mengolah cahaya matahari dan air hujan sebagai energi terbarukan.   

Ketiga mahasiswa tersebut adalah Nafi Maula Abdullah, M Ali Burhan dan Afif Argadipa Alfiansyah. Mereka tergabung dalam CT Generation II. Minimnya jembatan yang ramah difabel dan lingkungan menjadi inspirasi tim yang mengusung tema Sustainable Design ini.

“Kami tidak menggunakan lift karena biaya pembangunannya mahal," kata Ketua tim, Nafi Maula Abdullah.

Kendati tidak menggunakan lift, tim ini tetap mengutamakan aspek kenyamanan. Untuk menggantikan lift, tim mendesain lantai miring untuk memudahkan akses difabel. “Sesuai dengan peraturan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) kemiringannya 20 derajat,” jelas mahasiswa yang akrab disapa Nafi ini.  

BACA JUGA: Mahasiswa Poliwangi Bikin Prototipe Mobil Listrik

Jembatan penyeberangan ini tergolong unik. Karena selain fungsinya untuk menyeberang, jembatan itu juga dirancang untuk dapat memanen energi terbarukan dengan memanfaatkan dua musim di Indonesia. Tak kurang dari delapan buah panel surya terpasang di atas atap jembatan untuk membendung panas matahari pada musim kemarau.

Adapun ketika musim hujan, mereka meletakkan turbin pada talang air yang nantinya akan digerakkan oleh air hujan. “Energi yang tersedia di alam akan diubah menjadi listrik, sistem ini mampu mencapai efisiensi hingga 60 persen,” tuturnya.

Dengan dibantu M Ali Burhan atau yang biasa disapa Ali, Nafi membuat analisa perhitungan struktur jembatan yang ekonomis ini. Mereka menggunakan profil baja WF 400 yang dimensinya tidak terlalu besar, namun tetap kuat untuk memikul besarnya beban.  

BACA JUGA: Matrix PowerWatch Kenalkan Jam Tangan Bertenaga Surya

Tak ketinggalan, aspek biologis turut mereka sertakan dalam rancangan ini. Tingginya polusi udara jalan raya ditekan dengan cara menanam tanaman Lidah Mertua. Tanaman ini juga memiliki bunga yang mekar pada malam hari, dan ini terbukti efektif untuk menyedot polusi udara.

Sedangkan untuk memanjakan pengguna, mereka meletakkan bunga Seulanga atau Kenanga di sepanjang jembatan. “Bunga asal Aceh ini kami pilih karena memiliki wangi yang khas,” terangnya.

Kerja keras Nafi dan tim selama dua minggu itu telah membuahkan hasil. Desain jembatan tersebut berhasil menyabet juara dua pada kompetisi Lomba Gambar Teknik Nasional yang diselenggarakan Politeknik Negeri Malang, beberapa waktu lalu.