Selasa, 23 July 2019 09:04 UTC
ABK LIPONSOS: KPPS mengajak ABK di Liponsos Kalijudan UPD ABK untuk berkreasi. Foto: Lathifiyah.
JATIMNET.COM, Surabaya - Komunitas Pemerhati Pendidikan Surabaya (KPPS) mengajak Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di Liponsos Kalijudan UPD ABK untuk berkreasi. Kegiatan ini dilakukan untuk memotivasi dan menyamaratakan anak-anak Indonesia.
Ketua KPPS, Eko Doto Nugroho mengatakan ABK juga harus mendapatkan pendidikan layaknya anak normal, meskipun pendidikan non formal.
“Oleh sebab itu, anak-anak dilatih membatik, melukis memotret, membuat pra karya,” kata Eko saat diwawancarai wartawan di Liponsos Kalijudan UPD ABK, Selasa 23 Juli 2019.
Dalam kegiatan ini pun terdapat kurang lebih 52 ABK dari usia 3 hingga 21 tahun.
BACA JUGA: Tujuh Anak Berkebutuhan Khusus Surabaya Menerima Beasiswa
Eko mengungkapkan dengan kondisi latar belakang kelainan mental pun, ABK tersebut dapat dibimbing selayaknya anak-anak pada umumnya. Dengan bimbingan secara berkelanjutan, akan bisa menciptakan anak yang kreatif dan inovatif.
“Mereka bisa diajari, diarahkan. Karena tujuan utamanya, dia tidak selamanya ada di situ, di usia remaja atau dewasa akan dilepas ke masyarakat luas tanpa membebani sekitarnya,” ujarnya.
Ia juga mengingat apa yang disampaikan Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini bahwa semua anak-anak itu pasti bisa dan tidak ada yang tidak bisa. Sebab, Tuhan menciptakan manusia itu beragam, supaya manusia yang normal bisa berbagi dengan sesama.
“Semua sudah ada tempatnya. Kami menyemangati agar anak-anak gak boleh minder, gak boleh putus asa. Pemerintah kota, Dinas Sosial pun membantu mereka,” ucap Risma yang ditirukan Eko.
BACA JUGA: Pemkot Surabaya Gunakan Tiga Jalur Penerimaan Siswa Baru
Sayangnya pandangan masyarakat tentang ABK masih dipandang sebelah mata, kata Eko, oleh sebab itu, ia mengajak masyarakat untuk melihat langsung kondisi ABK agar mengetahui langsung kelebihannya.
Ia menjelaskan setelah berkunjung langsung ke Liponsos ABK, anak-anak tersebut dilatih untuk mandiri. Pemerintah pun sudah memperlakukan anak-anak dengan baik tanpa membedakan kondisi anak.
"Perhatian dari pemerintah sudah cukup bagus, tinggal masyarakat luas. Bahwa ABK tidak seperti yang dipikir, yang meresahkan atau beban masyarakat, tidak. Mereka dilatih mandiri, ABK itu ternyata dirawat pemerintah dan bersih, bajunya bersih,” pungkasnya.
Eko menilai belum semua masyarakat bahkan orang tua yang bisa menerima ABK, hal ini terbukti dengan masih adanya temuan ABK yang terlantar. Informasinya rata-rata anak yang berada di Liponsos ABK merupakan anak jalanan yang diambil oleh Satpol PP.
BACA JUGA: Dispora Surabaya Gelar Kejuaraan untuk Anak Berkebutuhan Khusus
Sehingga banyak anak yang rindu sosok orang tua, kata Eko, hal ini terlihat ketika ia mengajak berkreasi, banyak anak yang memeluk kakak pendamping yang hadir. Bahkan ada pula yang mengadu ingin pulang dan bertemu orang tuanya.
"Yang sering ditanyakan ABK, 'Pak eko saya mau pulang, saya kangen sama ibu bapak'," kata Eko.
Eko berharap ABK nantinya dapat diterima oleh seluruh elemen masyarakat. Menurutnya karya yang dihasilkan ABK tersebut harus juga ditampilkan, sehingga tidak hanya anak normal saja yang terlihat mampu berkreasi. Dengan itu, tidak ada lagi stigma ABK yang menjadi beban dalam masyarakat.