Jumat, 24 August 2018 07:25 UTC
Ilustrasi.
JATIMNET.COM, Surabaya – Serangan teror bom yang terjadi 13-14 Mei silam masih belum hilang dari ingatan publik Surabaya. Kali ini ancaman teror bom menyasar Konsulat Jenderal (Konjen) Australia.
Dilansir dari Smartraraveller.gov.au, Konjen Australia di Surabaya menerima informasi yang bersumber dari Public Affairs Canberra dan kedutaan Amerika Serikat pada 23 Agustus 2018 pukul 08.45 WIB. Memberitakan teroris akan berencana menyerang Surabaya.
Kekhawatiran dengan informasi tersebut, keamanan di Konjen Australia ditingkatkan. Pemerintah Australia mengimbau warganya untuk waspada, termasuk yang berada di Bali, dan Lombok Selatan. Serta warganya yang akan berlibur di Lombok Utara, Pulau Gili, Sulawesi Tengah dan Papua.
Terkait dengan rencana dibukanya Aussie Banget Corner di Gedung Perpustakaan Unair pun dibatalkan. Menurut keterangan pers Humas Unair, Suko Widodo menyatakan pihak Unair keberatan terhadap pembatalan acara Aussie Banget Corner.
Sebelumnya, Aussie Banget Corner akan dibuka pada tanggal 23 Agustus 2018, pukul 16.00 WIB.
Melihat situasi dan kondisi kampus Unair dan Kota Surabaya yang sangat aman, pihak Unair pun berkomunikasi dengan aparat kepolisian. “Sebetulnya tidak ada sesuatu yang dikhawatirkan di sini (Unair), situasi di kampus berjalan seperti biasa,” ujar Suko Widodo.
Ancaman teroris pun menyebar di aplikasi sosial media. Salah satunya di Telegram, yang berisi ancaman pembunuhan terhadap salah satu pejabat Australia. Ancaman tersebut membuat Konjen Australia memutuskan untuk tidak menghadiri acara-acara publik.
Sementara itu, Kabid Humas Polda Jawa Timur (Jatim) Komisaris Besar Polisi (Kombes Pol) Frans Barung Mangera mengatakan saat ini belum ada koordinasi dengan pihak Konjen Australia.
“Belum ada koordinasi atau mengambil sumber dari pihak Konjen Australia dengan Polda Jatim,” ujar Kombes Pol Frans Barung Mangera ketika dikonfirmasi Jatimnet.com, Jumat 24 Agustus 2018.
Pihak Polda Jatim menyesalkan terhadap adanya ancaman teroris yang menyebar di media sosial. Menurutnya, ancaman tersebut sangat mengganggu persepsi internasional maupun lingkup Jatim yang saat ini kondusif.