Logo

Kemenperin Dorong Hilirisasi Industri Agro

Reporter:

Selasa, 19 February 2019 08:38 UTC

Kemenperin Dorong Hilirisasi Industri Agro

Industri minuman olahan diharapkan bisa meningkatkan daya saing untuk mendongrak nilai ekspor. Foto: Dok

JATIMNET.COM, Jakarta – Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mendorong peningkatan nilai tambah bagi industri makanan dan minuman. Hilirisasi ini diharapkan memberi efek berantai yang luas bagi perekonomian nasional.

“Kami melihat industri semakin agresif untuk membuka akses pasar baru dan meningkatkan nilai ekspor. Seiring komitmen pemerintah menciptakan iklim usaha yang kondusif dan memberikan kemudahan perizinan ekspor,” kata Airlangga seperti dikutip dari laman resmi Kemenperin, Senin 18 Februari 2019.

Politisi dari Partai Golkar itu menyatakan pihaknya akan terus mendorong diversifikasi produk industri untuk mengisi pasar ekspor. Dia mencontohkan Mayora yang mampu menciptakan permen kopiko hingga menjadi produk nomor satu di dunia.

Airlangga dalam keterangannya menyebutkan ekspor produk kopi olahan nasional terus meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2016, ekspornya mencapai 145 ribu ton atau senilai 428 juta dolar AS, kemudian meningkat hingga 178 ribu ton atau senilai 487 juta dolar AS pada tahun 2017.

BACA JUGA: Kemenperin Dorong Industri Daur Ulang Di Sektor Otomotif

Pada tahun 2018, terjadi lonjakan ekspor hingga 21,49 persen atau teralisasi 216 ribu ton, dengan peningkatan nilai 19,01 persen (sekitar 580 juta dolar AS).

Ekspor tersebut didominasi kopi olahan berbentuk instan sebesar 87,9 persen dan sisanya berbasis ekstrak dan essence. Tujuan ekspor utama industri pengolahan kopi nasional adalah Filipina, Malaysia, Iran, Cina dan Uni Emirat Arab.

Airlangga juga menyebutkan, Indonesia merupakan negara penghasil biji kopi terbesar keempat di dunia setelah Brasil, Vietnam, dan Kolombia. Hal ini menjadi potensi pengembangan industri pengolahan kopi di dalam negeri.

“Produksi kopi Indonesia sebesar 639.000 ton pada 2017 atau 8 persen dari produksi kopi dunia dengan komposisi 72,84 persen merupakan kopi robusta dan 27,16 persen kopi arabika,” ujarnya.

BACA JUGA: Menperin Optimistis Nilai Investasi Industri Meningkat

Hingga tahun 2017 sebanyak 101 perusahaan kopi olahan baik skala besar maupun sedang mampu menyerap 24 ribu tenaga kerja, dengan total kapasitas produksi lebih dari 260 ribu ton per tahun.

Selain itu, Indonesia juga memiliki berbagai jenis kopi specialty yang dikenal di dunia, seperti civet coffee (kopi luwak) dengan rasa dan aroma khas sesuai geografis yang menjadi keunggulan Indonesia.

Hingga saat ini sudah 24 indikasi geografis untuk kopi Indonesia, seperti Kopi Arabika Gayo (Aceh), Kopi Arabika Toraja (Sulawesi Selatan), Kopi Robusta Pupuan Bali (Bali), Kopi Arabika Sumatera Koerintji (Sumatra Barat), Kopi Liberika Tungkal Jambi (Jambi), dan Kopi Liberika Rangsang Meranti (Riau).