Jumat, 21 September 2018 08:45 UTC
Ilustrasi. Grafis: Gilas Audi.
JATIMNET.COM, Bojonegoro – Ratusan embung di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, mengering. Dari 501 embung yang tersebar di berbagai desa, sekira 70 persen sudah kering di musim kemarau tahun ini.
Kepala Bidang Air Baku dan Irigasi Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air (SDA) Bojonegoro, Sahid membenarkan banyak embung di daerahnya mengering. Embung atau cekungan penampung digunakan untuk mengatur dan menampung suplai aliran air hujan serta untuk meningkatkan kualitas air di badan air yang terkait (sungai, danau).
“Selama kemarau keberadaan embung sebelum mengering bermanfaat bagi warga, selain untuk memandikan ternaknya juga untuk kebutuhan resapan sumur warga,” ucapnya menjelaskan.
Bahkan, kata dia, embung di Desa Megale, Kecamatan Kedungadem, hingga sekarang airnya masih ada dan dimanfaatkan sekitar 200 kepala keluarga (KK) untuk kebutuhan air baku.
Selain itu, lanjut dia, embung yang masih ada airnya, antara lain, di Desa Sekaran, Kecamatan Balen, Gondang, dan kecamatan lainnya.
“Embung di Bojonegoro sebagian besar menempati tanah kas desa (TKD) juga tanah negara “solo vallei werken” (SVW),” katanya menambahkan.
Data pada Dinas PU SDA setempat menyebutkan kapasitas embung-embung di daerah setempat berkisar 5.000-10.000 meter kubik/embung.
Seorang warga Desa Geger, Kecamatan Kedungadem, Bojonegoro Pairin, menambahkan embung di desanya baru saja mengering sepekan lalu.
Sebelum itu, banyak warga yang memanfaatkan air embung terutama untuk memandikan ternak-ternaknya, seperti sapi dan kambing.
“Saya biasa memandikan ternak sapi di embung. Kebutuhan air bersih warga tidak memanfaatkan air embung,” ucapnya dibenarkan Kepala Desa Geger, Kecamatan Kedungadem, Kamijo.
Menurut Kamidjo, di desanya dengan jumlah sekitar 2.300 jiwa, masih ada 118 kepala keluarga (KK) yang kesulitan air bersih pada musim kemarau.
“Saat ini warga yang kesulitan air bersih memperoleh pasokan air dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD),” tambahnya.
Data di BPBD setempat menyebutkan bahwa kekeringan melanda 43 desa yang tersebar di 13 kecamatan mengakibatkan 13.382 kepala keluarga (KK) kesulitan air bersih.