Logo

Kemarau Lebih Panjang, BPBD Banyuwangi Distribusikan Bantuan Air Sejak Agustus

Reporter:,Editor:

Kamis, 12 September 2019 14:02 UTC

Kemarau Lebih Panjang, BPBD Banyuwangi Distribusikan Bantuan Air Sejak Agustus

Prakirawan Cuaca Stasiun BMKG Banyuwangi, Agung Dwi Nugroho, di kantornya. Foto: Ahmad Suudi.

JATIMNET.COM, Banyuwangi - Kemarau tahun 2019 diperkirakan lebih panjang daripada tahun lalu. Bila tahun 2018 lalu Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banyuwangi mulai mendistribusikan bantuan air pada bulan September, tahun ini bantuan air bersih mulai dikeluarkan bulan Agustus.

"Tahun sekarang prediksinya lebih banyak dari itu (bantuan tahun lalu), sekarang saja awal September sudah 232 truk tangki. Kita akan mendistribusikan air sampai akhir Oktober. Karena masanya lebih panjang, walupun jumlah lokasinya lebih kecil," kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Banyuwangi, Eka Muharram Suryadi, Rabu 11 September 2019.

Eka menambahkan, titik kering yang membutuhkan bantuan air bersih di wilayahnya berkurang. Bila tahun 2018 terdapat 48 titik kekurangan air di empat kecamatan, tahun ini hanya 26 titik di kecamatan-kecamatan yang sama, yakni Wongsorejo, Tegaldlimo, Bangorejo, dan Tegalsari.

Walau jumlah titik penerima bantuan air bersih berkurang, namun diperkirakan banyaknya air yang dikeluarkan sebagai bantuan akan membengkak daripada tahun lalu. Tahun 2018 dikeluarkan sekitar 300 truk tangki bantuan air bersih, sedangkan tahun ini kemarau masih akan berlangsung tiga bulan mendatang, tapi sudah 232 truk tangki air bersih yang didistribusikan.

BACA JUGA: Kemarau Panjang Berkah Petani Tembakau Blitar

Dia menambahkan, titik-titik kekurangan air semakin berkurang karena upaya Dinas Pekerjaan Umum (PU) Pengairan dan Perusahaan Umum Daerah Air Minum (Pudam) di Banyuwangi yang berusaha menambah saluran air ke wilayah-wilayah kering. Dikatakannya, sejak tahun 2013 sampai 2019, daerah kering yang tersambung saluran air sudah mencapai 70 persen.

Sisanya merupakan wilayah-wilayah yang memiliki kesulitan tinggi dalam mendatangkan air hingga membutuhkan kajian secara mendalam. Misalnya di Kecamatan Wongsorejo di beberapa wilayah memiliki kedalaman sumur puluhan kilometer dan Tegaldlimo yang beberapa titik didapati mata airnya terasa asin. Dari 26 titik penerima bantuan air bersih, lima titik di antaranya berada di Tegaldlimo.

"Kemudian yang tersisa sekarang memang bukan wilayah-wilayah yang dibiarkan oleh Dinas Pengairan. Tetapi karena memang secara hidrogeologi itu agak mengalami kesulitan," kata Eka lagi.

Begitu pula prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) yang menyebutkan kemarau tahun ini lebih panjang dari tahun lalu. Kemarau tahun 2018 berlangsung mulai Mei hingga pertengahan Desember (kurang dari delapan bulan), sedangkan sekarang dimulai Maret dan diperkirakan akan berlangsung hingga akhir November (sembilan bulan).

BACA JUGA: Musim Hujan di Jatim Diprediksi Mulai November

"Untuk Jawa, Bali, NTB (Nusa Tenggara Barat), NTT (Nusa Tenggara Timur), yang selatan-selatan mirip tipikalnya. Yang Sumatera dan pulau-pulau lain beda lagi," kata Prakirawan Cuaca Stasiun BMKG Banyuwangi, Agung Dwi Nugroho, Rabu 11 September 2019.

Dalam keterangan visual BMKG yang ditunjukkannya, sebagian besar Banyuwangi bahkan Jawa Timur, mendapatkan warna cokelat yang berarti diperkirakan mendapatkan curah hujan 0 mm selama bulan September alias sama sekali tak turun hujan.

Hanya beberapa titik yang berwarna jingga yang berati diperkirakan mendapatkan curah hujan 21 sampai 50 mm, misalnya di sebagian Banyuwangi barat yang berbatasan dengan Jember dan Bondowoso.

"Itu Banyuwangi yang pegunungan, seperti (kecamatan) Glenmore dan Pegunungan Ijen," kata Agung lagi.