Rabu, 24 April 2019 06:06 UTC
Ilustrasi oleh Gilas Audi
JATIMNET.COM, Surabaya – Presiden Amerika Serikat Donald Trump menjamu CEO Twitter Jack Dorsey di Gedung Putih, untuk membahas persoalan media sosial.
Jamuan dilakukan setelah Trump mencuitkan kekesalannya, lantaran follower di akun Twitternya terus berkurang.
Dalam sebuah pernyataan, Twitter mengatakan jika pertemuan itu membahas “perlindungan kesehatan dialog publik” menjelang pemilihan umum 2020, dikutip dari Bbc, Rabu 24 April 2019.
Trump mencuitkan foto tentang pertemuan antara dirinya dan Jack Dorsey di kantor Oval, dan menyebutnya sebagai “pertemuan besar”.
“Banyak hal didiskusikan terkait platformnya, dan media sosial secara umum,” tulisnya.
Great meeting this afternoon at the @WhiteHouse with @Jack from @Twitter. Lots of subjects discussed regarding their platform, and the world of social media in general. Look forward to keeping an open dialogue! pic.twitter.com/QnZi579eFb
— Donald J. Trump (@realDonaldTrump) 23 April 2019
Dorsey kemudian membalas cuitan itu.
“Di sini Twitter ada untuk melayani percakapan publik secara keseluruhan, dan kami berupaya untuk menjaga percakapan lebih sehat dan memasyarakat,” tulis Jack.
Pertemuan itu muncul setelah dua cuitan Trump tentang klaim lamanya, jika Twitter bias secara politik, diposting beberapa jam sebelumnya.
Ia mengatakan, Twitter “tidak memperlakukan saya dengan baik sebagai Republican,” dan menuduh media sosial itu membatasi follower di akunnya.
“The best thing ever to happen to Twitter is Donald Trump.” @MariaBartiromo So true, but they don’t treat me well as a Republican. Very discriminatory, hard for people to sign on. Constantly taking people off list. Big complaints from many people. Different names-over 100 M.....
— Donald J. Trump (@realDonaldTrump) 23 April 2019
“Secara menerus mengeluarkan orang dari daftar. Komplain besar dari banyak orang,” tulisnya, sambil mengklaim jika jumlah pengikutnya akan lebih banyak “jika Twitter tidak memainkan gim politiknya,”.
Sementara, Twitter secara konsisten menolak tuduhan bias, dan menjelaskan jika fluktuasi jumlah follower di akun Trump, adalah hasil dari pembersihan akun yang dicurigai sebagai robot.
Trump sendiri kini memiliki sekitar 60 juta follower.
Di masa lalu, dia sering menggunakan platform ini untuk menyerang jurnalis, politisi dan penduduk asing, serta mengakibatkan banyak kritikan.
BACA JUGA: Pengguna Twitter di Indonesia Lampaui Rata-Rata Global
Trump juga mencuitkan video tentang anggota kongres perempuan Ilhan Omar pada April lalu, yang kemudian dianggap sebegai penyebab meningkatnya ancaman pada keselamatan Omar.