Logo

Kampung Blekok, Ekowisata Mangrove dan Habitat Bangau di Pesisir Situbondo

Hutan Mangrove Mencapai 6 Hektar dan Dihuni Ribuan Bangau
Reporter:,Editor:

Senin, 12 April 2021 02:00 UTC

Kampung Blekok, Ekowisata Mangrove dan Habitat Bangau di Pesisir Situbondo

KAMPUNG BLEKOK. Ekowisata Kampung Blekok di Dusun Pesisir, Desa Klatakan, Kec. Kendit, Kab. Situbondo, Senin, 12 April 2021. Foto: Hozaini

JATIMNET.COM, Situbondo – Kampung Blekok di Dusun Pesisir, Desa Klatakan, Kecamatan Kendit, Kabupaten Situbondo, masih menjadi salah satu ekowisata alam terfavorit di Situbondo. Sejak dibuka kembali di masa pandemi, tercatat ribuan pengunjung datang dari berbagai daerah. Mereka penasaran ingin menyaksikan ribuan burung bangau yang menghuni hutan bakau atau mangrove.

“Saya sudah dua kali datang ke sini. Kali ini saya membawa anak-anak untuk menyaksikan burung bangau berterbangan di hutan mangrove kampung Blekok,” kata Anitasari, salah seorang pengunjung asal Banyuwangi, Minggu, 11 April 2021.

Kampung Blekok merupakan salah satu destinasi wisata yang diluncurkan Pemkab Situbondo tahun 2018 silam. Kampung Blekok diambil dari nama burung bangau yang biasa disebut burung Blekok oleh warga setempat. Kampung Blekok merupakan hamparan hutan mangrove seluas sekitar 6 hektar lebih.

BACA JUGA: Influencer Surabaya Viralkan Wisata Mangrove Wonorejo

Hutan mangrove yang diperkirakan berjumlah 12 ribu lebih pohon itu dihuni puluhan ribu burung bangau. Ada 11 macam burung bangau di Kampung Blekok dan berdasarkan penelitian Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Situbondo, ada tiga dari 11 burung bangau di tempat ini masuk kategori dilindungi yaitu burung jenis Kuntul Kecil (Egretta Garzetta), Kuntul Kerbau (Bubulcus Ibis), dan Gajahan Pengala (Numenius Phaeopus).

KAMPUNG BLEKOK. Wisatawan berjalan di jembatan kayu hingga muara sungai yang disediakan di Kampung Blekok di Dusun Pesisir, Desa Klatakan, Kec. Kendit, Situbondo, Senin, 12 April 2021. Foto: Hozaini

Sejak ditetapkan menjadi ekowisata, Kampung Blekok dilengkapi berbagai sarana pendukung termasuk jembatan kayu di tepi hutan mangrove hingga muara sungai. Dari sinilah para pengunjung bisa melihat panorama alam hutan mangrove dan burung bangau.

Di lokasi juga dilengkapi kafe dan spot foto serta tempat penangkaran 11 jenis burung bangau (blekok). Para pengunjung bisa menyewa perahu nelayan untuk mengelilingi Kampung Blekok. Pengunjung juga bisa berswafoto dengan pemandangan dermaga Panarukan yang membentang ke tengah laut.

“Selama masa pandemi, kami menerapkan protokol kesehatan. Selain harus mengenakan masker, para pengunjung juga disediakan tempat cuci tangan di pintu masuk dan sekitar Kampung Blekok,” kata Kabid Pariwisata Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Situbondo Dian Pramusinta.

HABITAT BANGAU. Hutan mangrove di Kampung Blekok di Dusun Pesisir, Desa Klatakan, Kec. Kendit, Situbondo, jadi salah satu habitat bangau, Senin, 12 April 2021. Foto: Hozaini

BACA JUGA: Kebun Raya Mangrove Gunung Anyar Pikat Wisatawan

Menurutnya, selama Januari hingga Februari 2021 tercatat  2. 437 orang pengunjung yang datang ke Kampung Blekok. Jumlah pengunjung berkurang dibandingkan sebelum masa pandemi. Pengunjung yang datang ke Kampung Blekok tidak hanya ingin berwisata, sebagian berasal dari perguruan tinggi untuk melakukan penelitian.  

Waktu terbaik berkunjung ke Kampung Blekok di pagi hari atau sore hari. Pengunjung asal luar kota bisa menginap di homestay milik warga setempat. Di sekitar lokasi wisata juga dijual berbagai hasil kerajinan warga mengingat kampung pesisir setempat adalah salah satu pusat industri souvenir kerajinan kerang  dan kayu.

Dian mengatakan secara umum, jumlah pengunjung wisata di Situbondo selama Januari hingga Februari 2021 mencapai 38.277 orang. “Terbesar (terbanyak) pengunjung wisata bahari Pasir Putih. Untuk tahun 2020, jumlah total pengunjung wisata ke Situbondo mencapai 329. 349 orang,” ujarnya.