Logo

Jurus Sri Mulyani Patahkan Pesimisme Rizal Ramli Soal Pertumbuhan Ekonomi

Reporter:

Selasa, 13 August 2019 05:57 UTC

Jurus Sri Mulyani Patahkan Pesimisme Rizal Ramli Soal Pertumbuhan Ekonomi

Ilustrasi: Gilas Audi.

JATIMNETCOM, Surabaya – Menteri Keuangan Sri Mulyani memprediksi defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) hingga akhir tahun tidak akan melebar. Bahkan ia optimis hingga akhir tahun CAD berada di level 2,4 persen.

Menkeu Sri Mulyani mengatakan, untuk memecahkan masalah CAD, pihaknya siap membantu kementerian terkait dan pemerintah daerah. Salah satunya dengan membantu meningkatkan ekspor.

“Kami siap menggunakan instrumen fiskal untuk membantu kementerian terkait dan juga inisiatif dari pemerintah daerah untuk bisa meningkatkan ekspor,” ujar Sri Mulyani, dikutip dari Suara.com, Selasa 13 Astus 2019.

Kemudian, Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini menegaskan pihaknya sudah berkoordinasi dengan beberapa kementerian terkait untuk menekan impor. Salah satunya dengan Kementerian ESDM terkait impor migas yang menjadi penyumbang defisit.

BACA JUGA: Konsumsi Pemilu dan Lebaran Dorong Pertumbuhan Ekonomi

“Kementerian terkait apakah itu moneter energi karena ini berhubungan dengan migas, Kementerian Perdagangan, Kementerian Industri, maupun Kementerian Pertanian, semuanya yang memiliki portofolio dimana penyumbang dari trade maupun account deficit,” tambahnya.

Sebelumnya, Mantan Menko Kemaritiman Rizal Ramli pesimis dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pasalnya, ia meramal ekonomi Indonesia tak bisa tumbuh tinggi, bahkan bisa terpuruk.

Rizal Ramli mengatakan, keterpurukan ekonomi Indonesia terlihat dari sejumlah indikator pertumbuhan. Salah satunya, defisit transaksi berjalan yang makin melebar.

Untuk diketahui, Bank Indonesia (BI) mencatat defisit transaksi berjalan pada kuartal II 2019 sebesar 8,4 miliar dolar AS atau 3,04 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).

BACA JUGA: Kontribusi Industri pada Pertumbuhan Ekonomi

Raihan defisit transaksi berjalan pada kuartal II lebih tinggi dibandingkan kuartal sebelumnya, yang sebesar 7 miliar dolar AS atau 2,6 persen dari PDB.

“Kami ingin mengatakan bahwa tahun ini ekonomi Indonesia akan makin nyungsep, pertumbuhan ekonominya (PE) paling 4,5 persen. Pemerintah awal tahun mengatakan PE bakal 5,2 persen tapi data terakhir 5,0 persen,” kata Rizal, Senin 12 Agustus 2019.

Dia memprediksi pertumbuhan ekonomi akan merosot hingga level 4,5 persen, sebagai indikator jika makro menunjukkan kecenderungan terseok-seok.