Logo

Jembatan di Probolinggo Runtuh Diterjang Lahar Dingin Gunung Bromo

Reporter:,Editor:

Kamis, 29 November 2018 07:15 UTC

Jembatan di Probolinggo Runtuh Diterjang Lahar Dingin Gunung Bromo

Caption: Jembatan di Desa Patalan, Kecamatan Wonomerto, Kabupaten Probolinggo yang runtuh terseret arus lahar dingin Gunung Bromo. Foto: Zulkiflie

JATIMNET.COM, Probolinggo – Lahar dingin Gunung Bromo menerjang sebuah jembatan di Desa Patalan, Kecamatan Wonomerto, Kabupaten Probolinggo, Rabu sore kemarin, 28 November 2018. Akibatnya, jembatan yang menghubungkan dua kecamatan yakni Kecamatan Wonomerto dan Kecamatan Kuriman itu runtuh terseret arus lahar dingin.   

Putusnya akses yang menghubungan dua kecamatan tersebut mempengaruhi aktivitas perekonomian warga dua kecamatan itu. Anggota Koramil Kecamatan Wonomerto, Serda Edy Susanto mengatakan jembatan yang runtuh tersebut merupakan akses satu-satunya warga, guna menjangkau wilayah seberang dengan mengendarai motor.

Ditemui di lokasi runtuhnya jembatan, Edy mengatakan peristiwa tersebut terjadi pada Rabu sore kemarin sekitar pukul 16.00 WIB. Saat itu, tiba-tiba lahar dingin datang, dan meruntuhkan jembatan. Edy mengatakan banjir lahar dingin dari Gunung Bromo itu merupakan kali kedua terjadi. "Ini merupakan yang kedua dan kali ini termasuk terbesar," kata Edy.

BACA JUGA: 80 Rumah di Banyuwangi Terdampak Banjir

Dengan putusnya akses jembatan tersebut, warga harus melewati jalan memutar menuju wilayah seberang. "Harus menempuh jarak 10 kilometer," katanya. Edy mengatakan jembatan permanen sebenarnya sudah ada. "Namun saat ini masih dalam proses perbaikan setelah ambruk tahun lalu. Sekarang masih belum bisa dilewati kendaraan roda dua dan empat," katanya Kamis ini.

Sementara itu, pasca ambruknya jembatan tersebut, warga setempat hanya bisa jalan kaki guna menjangkau wilayah seberang. Kondisi ini mulai dikeluhkan warga yang setiap harinya melewati jembatan penghubung sementara itu.

Seperti diungkapkan Misriati (28), seorang perempuan yang kesehariannya bekerja sebagai penjual makanan di wilayah seberang. Sudah tiga jam Misriati mengaku menunggu ojek, namun tak kunjung datang. Padahal biasanya, menurut Misriati banyak tukang ojek mangkal di sekitar jembatan.

"Sudah dari tadi nunggu ojek disini pak, mungkin gara-gara jembatan ambruk, mereka enggan ke sini dikira tidak ada penumpang. Mau jalan kaki, kayaknya gak mungkin, karena jauh pak, sampai 10 kilometer,"ungkapnya.