Minggu, 15 September 2019 03:15 UTC
Kepala Seksi Wilayah 1 Taman Nasional (TN) Alas Purwo Probo Wresni Adji. Foto: Ahmad Suudi
JATIMNET.COM, Banyuwangi - Pemerintah Kabupaten Banyuwangi menggelar selamatan atas selesainya pembangunan jalan menuju Taman Nasional (TN) Alas Purwo, Sabtu 14 September 2019. Balai TN Alas Purwo yakin jalan baru tersebut tidak akan mengganggu satwa liar yang hidup di sana.
Kepala Seksi Wilayah 1 TN Alas Purwo Probo Wresni Adji mengatakan, sebelum dan sesudah pembangunan jalan kondisi satwa akan sama. Pasalnya tidak semua ruas jalan dibangun dengan aspal.
Jalan dari desa terakhir ke Pos Pancur TN Alas Purwo sepanjang 12,6 kilometer dibangun hot mix selebar 6 meter. Kemudian semakin masuk, dari Pos Pancur ke Pantai Plengkung atau G Land yang jadi tujuan peselancar dunia, dibangun jalan makadam selebar 6 meter sepanjang 9,2 kilometer.
BACA JUGA: Ratusan Warga Banyuwangi Ikuti Selamatan Jalan Baru Alas Purwo
"Pasti ada perbedaannya kalau ada aspalnya. Satwa yang melintas pasti ada bedanya, pasti itu," kata Probo terkait jalan ke Pantai Plengkung yang dibangun menjadi makadam.
Jalan yang awalnya dari batuan besar diratakan dan dilapisi pasir hingga lebih nyaman bagi wisatawan. Dia mengatakan selain aman bagi perilaku natural satwa, jalan makadam juga untuk memperlihatkan suasana hutan sesungguhnya pada wisatawan yang datang.
Pembangunan jalan makadam maupun yang beraspal menggunakan anggaran Balai TN Alas Purwo dan pemerintah pusat tahun 2018 dengan nilai masing-masing Rp 20 miliar. Dengan begitu destinasi Pantai Plengkung, Savana Sadengan, gua dan pura diharapkan menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi.
BACA JUGA: Ekspor Alas Kaki dan Tembakau Naik Tajam
Warga juga mengaku terbantu setelah jalan dibangun dan perjalanan mereka ke TN Alas Purwo bisa semakin cepat dan lancar. Warga masuk ke TN Alas Purwo untuk melaut, beribadah di pura dan bersemedi di gua yang berada di dalam kawasan hutan lindung itu.
"Dalam beribadah lebih tepat waktu. Sering kali umat Hindu juga semedi, cari tampat yang sepi, sunyi. Dan kalau terjadi sesuatu di desa, juga bisa cepat bisa pulang," kata Nurwanto (48), warga Desa Kedungasri, Kecamatan Tegaldlimo.