Logo

Jagung Impor di Jatim Untuk Penuhi Kebutuhan Pakan Ternak

Reporter:,Editor:

Jumat, 21 December 2018 13:21 UTC

Jagung Impor di Jatim Untuk Penuhi Kebutuhan Pakan Ternak

Ilustrator: Gilas Audi

JATIMNET.COM, Surabaya – Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Jawa Timur Hadi Sulistyo mengatakan masih belum mampu memenuhi kebutuhan pakan ternak di Jawa Timur. Padahal, Jatim mengalami surplus produksi jagung.

Hadi menjelaskan proyeksi produksi jagung di Jatim pada 2018, mencapai 6.543.359 ton pipilan kering. Jumlah ini meningkat dibanding tahun 2017, dengan produksi 6,2 juta ton jagung pipilan kering.

Sedangkan kebutuhan pangan di Jatim hanya 122 ribu 724 ton. Sehingga surplus 6,4 juta ton jagung pipilan kering. “Tapi kami masih kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak unggas yang setahun kebutuhannya sekitar 3 juta ton,” katanya dikonfirmasi Jumat 21 Desember 2018.

Dia mengatakan di Jatim hampir 95 persen jagung untuk pakan. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan pangan hanya 5 persen. Peningkatan produksi hampir 2,4 persen ini salah satunya karena ditunjang peningkatan luas panen sekitar 2,1 persen.

BACA JUGA: Pemerintah Impor 100 Ribu Ton Jagung Buat Pakan Ternak

Data Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Jatim menyebutkan pada musim tanam Oktober 2017 sampai September 2018, lahan menanam jagung mencapai 1.173.467 hektare. Sedangkan sentra tanaman jagung terluas ada di Kabupaten Tuban, Kabupaten Jember, Kabupaten Lamongan dan Madura.

Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan pakan disebabkan karena masa panen jagung. Sama seperti padi, jagung tidak panen tiap bulannya. Hampir 58 persen masa panen ada di musim penghujan, sisanya adalah 42 persen di kemarau.

“Sementara industri pakan ternak maupun ternak butuh tersedia setiap bulan,” katanya. Menurut Hadi, seharusnya peternak menerapkan manajemen stok pangan yang berbasis jagung. Yaitu ketika puncak panen jagung di bulan Maret, April, Juli dan september harus dibuat stok pakan.

BACA JUGA: Daging Sapi Impor Diduga Masuk Jatim

“Memang manajemen ini jadi kendala bagi industri pakan menengah ke bawah yang tidak memiliki tempat penyimpanan,” ujarnya. Pemerintah sendiri sudah memutuskan untuk melakukan impor jagung sebanyak 1.000 ton. Tapi dia memastikan keran impor itu untuk kebutuhan pakan saja, bukan untuk konsumsi.
 
“Kami fokus pada kebutuhan pangan, dan dilakukan impor rekomendasi dari Kementerian Perdagangan itu hanya untuk memenuhi permintaan khusus dari unggas petelur di Blitar,” pungkasnya.