Sabtu, 26 January 2019 11:17 UTC
Peneliti Stem Cells Unair/RSUD Dr Soetomo Achmad Chusnul Romdoni . Foto: Baehaqi
JATIMNET.COM, Surabaya – Meski jadi tren pengobatan di dunia, terapi medis dengan memanfaatkan sel punca (stemcell) di Jawa Timur baru tersedia RSUD Dr Soetomo Surabaya. Itu pun baru sebatas penelitian, belum dikomersialkan.
Peneliti sel punca asal Universitas Airlangga sekaligus di RSUD Dr Soetomo, Achmad Chusnul Romdoni mengatakan penggunaan sel punca untuk kepentingan pengobatan di rumah sakit tersebut masih dalam tahap pengawasan.
"Semuanya masih tahap pengawasan," ujar Chusnul disela-sela Internasional Conference and Workshop on Stem Cell and Tissue Engineering from Basic Science to Clinical Application di Surabaya, Sabtu 26 Januari 2019.
BACA JUGA: Ribuan Penyedia Jasa Pengobatan Tradisional Tak Berizin
Ia mengatakan penelitian itu diharapkan menghasilkan layanan kesehatan yang lebih murah dibanding pengobatan yang sama di luar negeri. Tapi, butuh proses panjang agar sel punca benar-benar bisa dimanfaatkan untuk kepentingan medis. Termasuk uji coba untuk mengetahui dampak pasca pengobatan.
Sederet persyaratan pun wajib dipenuhi. Di antaranya memastikan tak ada derajat keracunan, potensi menimbulkan kanker, serta gangguan kesehatan lain. Misalnya, ia memberi contoh, “Setelah menggunakan sel punca dan sembuh, ternyata ada rasa nyeri di kepala berkepanjangan.”
Penelitian terapi sel punca digadang mampu mengobati sejumlah penyakit dan gangguan medis. Stroke, parkinson, menumbuhkan sel tulang, serta diabetes. Di RSUD Dr Soetomo, ia mengatakan, ada delapan pasien yang memanfaatkannya sebagai terapi.
BACA JUGA: Khasiat Belimbing Wuluh Untuk Obat Alami
Ia mengingatkan seluruh proses pengobatan itu masih dalam lingkup penelitian. Perlu waktu sekitar tiga hingga empat tahun hingga pengobatan ini bisa direkomendasikan. “Mungkin pada kasus setelah sekian puluh pasien dan hasilnya ternyata bagus, ini bisa dikomersilkan," katanya.
Selain untuk kepentingan medis, ia mengatakan, sel punca juga dimanfaatkan untuk kepentingan kosmetik. Tapi bahan utamanya tak berasal dari sel secara utuh, hanya bagian yang lebih mudah diolah menjadi krim.
Direktur RSUD Dr Soetommo Joni Wahyudi mengatakan penelitian mengenai sel punca sudah dimulai sejak 1976. Tapi penelitian yang lebih fokus baru berlangsung sepuluhan tahun lalu. "Harus melalui penelitian dan hati-hati,” katanya.