
Reporter
Nani MashitaKamis, 27 September 2018 - 08:55
Editor
Nani Mashita
Suasana di SMKN 1 Surabaya. Foto: Nani Mashita
JATIMNET.COM, Surabaya – Sekolah Menengah Kejuruhan Negeri (SMKN) 1 Surabaya, Rabu, 26 September 2018, kemarin sempat heboh. Disebabkan, adanya tiga siswa diduga menjadi korban kekerasan, penganiayaan dilakukan Kepala SMKN 1 Surabaya.
Mereka adalah RA, Z, dan ND, yang merupakan tercatat sebagai siswa kelas 11 Multimedia 2. Ironisnya dari tiga siswa tersebut, salah satunya adalah siswa inklusi yakni RA. Sedangkan Kepala SMKN 1 Surabaya yang melakukan penganiayaan diduga dengan cara dicubit dan ditampar bernama Bahrun.
BACA JUGA : Siswa SMKN 1 Surabaya Ditampar Kepala Sekolah
Dari informasi didapat, kekerasan penganiayaan, pada Rabu, 26 September 2018 kemarin terhadap siswa itu berawal dari siswa RA, Z dan ND ini sedang mengikuti ujian tengah semester (UTS). Di tengah ujian tersebut, ketiganya sudah menyelesaikan tugasnya.
Walaupun ada beberapa soal mata pelajaran itu masih terlihat belum diisi, tapi mereka tetap mengumpulkan soal UTS. Akhirnya, RA, Z dan ND inipun ditanya oleh salah seorang guru pengawas ujian, apakah memang benar sudah selesai semuanya.
BACA JUGA : SMKN 1 Surabaya Minta Maaf Terkait Penamparan Siswa
Saat dicek, ternyata memang tidak semuanya selesai, hanya beberapa soal yang belum diisi dan menurut para siswa itu dianggap sulit. Mendengar pengakuan itu, ketiganya diperbolehkan untuk keluar dari kelas, seperti biasanya yang sudah menjadi standar operasional prosedur.
Apabila, ada siswa yang sudah mengumpulkan soal ujian, maka diperbolehkan untuk keluar kelas. Tapi, di saat mereka keluar dari kelas berada di sekitar area halaman sekolah, tiba-tiba datang sosok seorang guru tidka lain diketahui Kepala SMKN 1 Surabaya, Bahrun.
BACA JUGA : Orang Tua RA Minta Kasek SMKN 1 Disanksi
Bahrun menghampiri RA, Z dan ND, kemudian menanyakan namanya, dari siswa kelas mana, kenapa sudah keluar, dan apakah soal UTS itu sudah selesai semuanya.
Mendapat pertanyaan dari Bahrun, ketiga siswanya itu mengaku kalau sudah selesai semuanya. Pengakuan RA, Z dan ND ini ternyata membuat Bahrun tidak percaya yang kemudian mengajak masuk ke dalam ruang kelas.
Selanjutnya, Bahrun menanyakan pada guru pengawas ujian dan minta soal ujian atas nama siswa RA, Z dan ND. Setelah menerima dan melihat soal, ternyata ada soal yang yang belum diisi. Sehingga hal itu membuat Bahrun langsung naik pitam, marah, mencubit dan menampar siswa.
BACA JUGA : Pakai Rompi Tukang Parkir, Kepala SMKN 1 Surabaya Kecoh Wartawan
Insiden itupun langsung menjadi semua pihak, mulai dari kepolisian dan para legislatif. Beberapa anggota dan Ketua DPRD Provinsi Jawa Timur dan DPRD Kota Surabaya pun langsung turun meninjau SMKN 1 Surabaya.
Seperti yang dikatakan Ketua Komisi E DPRD Provinsi Jawa Timur Suli Daim, ia mengaku merasa prihatin atas kasus penamparan yang dilakukan Kepala SMKN 1 Surabaya. Seharusnya ada tindakan tegas terhadap kepala sekolah.
Apalagi, penganiayaan dilakukan Kepala Sekolah Bahrun yang memberi hukuman itu tanpa ada konfirmasi terlebih dahulu. Selain itu, para siswa keluar kelas karena memang sudah diizinkan oleh guru pengawas ujian.
Nah tanpa bertanya lebih dahulu, Bahrun langsung menampar tiga anak, salah satunya RA, siswa inklusi. “Tentu ini memprihatinkan ada kejadian yang kemudian menampar salah satu siswa apalagi anak berkebutuhan khusus,” kata Suli Daim, Kamis, 27 September 2018.
Menurut dia, sebagai institusi pendidikan, harusnya mengedepankan dialog lebih dahulu. “Ini kan gak ada, langsung main tampar,” kata politisi PAN.
Selain itu, Suli panggilan akrabnya itu juga menyesalkan dengan pernyataan Kepala Dinas Pendidikan Jatim Saiful Rachman yang terkesan meremehkan kasus ini. “Kita akan memanggil kepala dinas untuk melakukan langkah lanjutan, terutama yang terkait perlakuan terhadap anak berkebutuhan khusus,” katanya.