Sabtu, 02 February 2019 02:28 UTC
Desain dua gedung perkuliahaan IAIN Palu di Sigi yang bersumber dari SBSN tahun 2019 berkapasitas 24 ruang kelas belajar. Foto: Kemenag.go.id
JATIMNET.COM, Palu - Pasca bencana gempa dan likuifaksi September 2018, pembangunan kembali Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palu akan dimulai tahun ini. Pihak kampus merancang pembangunan dua gedung perkuliahaan tahan gempa di Desa Pombewe Kecamatan Biromaru, Kabupaten Sigi.
"Pembangunan gedung perkuliahan dan lainnnya harus berbasis tahan gempa, harus bertahan lama, dan tidak mudah rusak saat gempa mengguncang. Dan ini tidak bisa di tawar-tawar," kata Rektor IAIN Palu Sagaf S Pettalongi dalam laman Kemenag.go.id, Jumat 1 Februari 2019.
Gedung yang dibangun terdiri dari tiga lantai berkapasitas 24 ruang kelas belajar.
BACA JUGA: Kemenag Kelola Rp 2,7 Triliun Anggaran SBSN 2019
Sagaf mengatakan pembangunan dua gedung perkuliahan ini menggunakan anggaran yang bersumber dari skema pembiayaan SBSN (Surat Berharga Syariah Negara) tahun 2018 senilai Rp 25 miliar. Gedung tersebut akan dibangun di area seluas kurang lebih 25 hektare.
“Jadi tim perencanaan harus memperhatikan hasil-hasil penelitian tim ahli geologi dan para ahli kontur tanah, mengingat lokasinya terletak di Kabupaten Sigi yang merupakan salah satu daerah yang dilalui Sesar Palu-Koro atau jalur gempa,” ucapnya.
Ia juga mengatakan penentuan Pombewe sebagai lokasi pembangunan berdasarkan hasil penelitian Kementerian PUPR. Desa Pombewe Kabupaten Sigi dinilai dapat dimanfaatkan untuk lokasi rekonstruksi dan pembangunan kampus II IAIN Palu dengan tetap memperhatikan aspek lingkungan dan ekologis.
BACA JUGA: Kemenag Bangun 16 Pusat Layanan Haji dan Umrah Terpadu
Hal yang sama disampaikan Akademisi Fakultas Teknik Untad sekaligus penyusun dokumen perencanaan Anwar Dolu. Menurutnya, lokasi kampus II IAIN Palu di Sigi hanya berjarak kurang lebih 750 meter dengan lokasi likuifaksi di Desa Jono Oge.
Namun, lokasi kampus II itu berjarak 8 kilo meter dengan jalur patahan atau Sesar Palu Koro. Karena itu, pembangunan harus mengedepankan konsep tahan gempa dengan struktur bangunan normal yaitu gedung perkantoran, bangunan sekolah, toko, dan sebagainya seperti umumnya.
“Design pembangunan gedung tidak menggunakan design dengan struktur berespon elastik tanpa mengalami kerusakan karena tidak ekonomis,” terang Anwar.