Selasa, 20 August 2019 01:55 UTC
PEMUDA NU: Gabungan Pemuda NU ini sepakat untuk menolak sikap diskriminasi dan anti SARA. Foto Baehaqi.
JATIMNET.COM, Surabaya - Gabungan pemuda yang terdiri dari GP Ansor, IPNU, dan Jaringan Gusdurian berencana mendatangi Asrama Mahasiswa Papua (AMP) di Jalan Kalasan Surabaya, hari ini Selasa 20 Agustus 2019.
Gabungan pemuda Nahdlatul Ulama (NU) ini sepakat untuk menolak sikap diskriminasi dan anti Suku, Agama, Ras, dan Antar-golongan (SARA).
"Besok (Selasa 20 Agustus 2019) akan berkunjung sambil menunggu konfirmasi dengan teman di Papua," ujar kader GP Ansor Abdul Rasyid, Senin 19 Agustus 2019 malam.
Kedatangan mereka wujud dukungan bahwa para mahasiswa Papua ini tidak sendiri dalam menghadapi permasalahan ini. Masih ada yang memberi dukungan. "Kami sesama anak bangsa di mata hukum sama. Mereka tidak sendirian dalam hadapi ini, kami gandeng bersama," ungkapnya.
BACA JUGA: Khofifah Berencana Kunjungi Asrama Mahasisa Papua
Menurut Rasyid, isu tentang SARA hingga sekarang masih saja selalu seksi. Padahal narasi yang dibangun berdasarkan itu bisa mengancam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
"Karena itu, kami mengampanyekan bagaimana kami sebagai anak bangsa menilai pentingnya kampanye anti diskriminasi dan etnis. Kami mengampanyekan menolak aksi mereka (oknum) yang melakukan isu anti SARA," urainya.
Sementara itu Jaringan Gusdurian, Yuska Harimurti berharap semua pihak turut menjaga agar tidak mudah berkembang dan disusupi kelompok yang ingin memecah belah bangsa. Karena itu penting untuk saling menghargai dan menghormati suku, ras, agama, antar-golongan.
Mereka pun meminta untuk menyikapi kasus ini dengan melihat unsur kemanusiaannya. Penting sekali kemanusiaan dimasukkan guna memosisikan suatu perkara seadil adilnya.
BACA JUGA: Polisi Dituntut Tindak Pelaku Pengepungan Asrama Mahasiswa Papua di Surabaya
"Kami akan berbicara membangun kesadaran menolak sikap intoleransi. Karena intoleransi bisa menjadi bibit radikalisme. Maka perlu bergandengan tangan tanpa memandang indentitas," kata Yuska.
Penting saat ini untuk menjaga disintegrasi bangsa agar tidak terpecah. Kasus yang menimpa Mahasiswa Papua menjadi pelajaran berharga.