Logo

FPTI Jatim Masih Butuh Komunitas Pecinta Alam

Reporter:

Sabtu, 14 July 2018 14:01 UTC

FPTI Jatim Masih Butuh Komunitas Pecinta Alam

Salah satu peserta kejuaraan provinsi kelompok umur saat mengikuti lomba di wall climbing FPTI Jatim. Foto : Rochman Arief

JATIMNET.COM – Olahraga panjat tebing kian populer dalam sepuluh tahun terakhir. Ini bisa dilihat dari olahraga wall climbing yang sudah masuk dalam beberapa multi event besar. Setelah dilombakan pada SEA Games 2011, tahun ini resmi dilombakan di Asian Games 2018 di Jakarta dan Palembang. Bahkan tahun 2020, panjat tebing sudah resmi dilombakan di olimpiade.

Begitu juga di level provinsi Jawa Timur, panjat tebing makin populer. Hal ini berkat prestasi yang ditorehkan panjat tebing Jatim di level nasional cukup moncer. Dampaknya mendorong jumlah anggota di Pengurus Provinsi Federasi Panjat Tebing Indonesia (Pengprov FPTI) Jatim yang sudah mencapai 34 dari 38 kota-kabupaten.

Berdasar catatan FPTI Jatim hanya empat kota-kabupaten yang belum terdaftar sebagai anggota, yakni Sampang, Kota dan Kabupaten Pasuruan, serta Pacitan. Kota Pacitan sebetulnya pernah menjadi anggota namun sudah lama tidak aktif.

Ketua Umum FPTI Jatim Dhanu Iswara mengaku masih membutuhkan komunitas pecinta alam melalui perguruan tinggi maupun sekolah-sekolah. “Ini untuk mendorong gairah olahraga panjat tebing. Melalui komunitas di sekolah atau kampus bisa semakin mendorong prestasi olahraga panjat tebing,” jelas Dhanu, Jumat (13/7/2018).

Alumnus Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran ini menambahkan empat kota yang belum terdaftar tersebut salah satunya tidak memiliki perguruan tinggi. “Sampang dan Pacitan misalnya, tidak memiliki kampus (perguruan tinggi). Hal ini yang menyebabkan gairah pembinaan di dua kota tersebut tidak jalan,” terangnya.

Menurutnya olahraga panjat tebing tidak bisa lepas dari kegiatan alam. Dhanu memandang kegiatan pecinta alam dan olahraga panjat tebing saling terkait. Begitu juga dengan teknik dasar kedua kegiatan tersebut memiliki kemiripan.

Ke depan pihaknya berusaha mendorong kota-kabupaten yang tidak aktif segera menunjukkan aktivitasnya. “Bisa melalui mahasiswa yang asal kota pasif  tersebut, atau melalui SMA-SMA,” pungkasnya.