Logo

Fakta Lain di Balik Pemicu Pembunuhan Siswa SD di Mojokerto

Reporter:,Editor:

Rabu, 04 March 2020 11:40 UTC

Fakta Lain di Balik Pemicu Pembunuhan Siswa SD di Mojokerto

PEMBUNUHAN ANAK. Foto Dio dipegang paman dan neneknya. Dio, siswa kelas IV SD di Mojokerto dibunuh karena masalah sepele oleh kakak dari teman satu sekolah korban yang dendam karena kalah bermain gasing. Foto: Karina Norhadini

JATIMNET.COM, Mojokerto – Bambang Suriadi, guru olahraga SD Katemasdungus, Kecamatan Puri, Kabupaten Mojokerto, mengungkap fakta lain di balik pemicu pembunuhan pada siswa SD setempat, Ardio William Oktaviano akrab disapa Dio, 13 tahun.

Menurut Bambang, ada keterangan yang didapat polisi dari keluarga tersangka pembunuh Dio yang tidak sesuai fakta. Dua tersangka yang terlibat dalam pembunuhan atau penganiayaan yang menyebabkan korban meninggal dunia itu adalah kakak beradik, Trisno Sutejo, 19 tahun, dan IS, 17 tahun. Korban dan tersangka warga satu desa namun beda dusun.

Sebelumnya, Polres Mojokerto Kota menyimpulkan motif pembunuhan Dio karena TS dan IS geram setelah adik mereka, SS, dipukul Dio. SS dan Dio satu sekolah. SS duduk di kelas VI dan Dio kelas IV namun usianya sebaya. SS bukan teman satu kelas Dio seperti yang diberitakan sebelumnya.

Menurut Bambang, pemicu ketegangan antara SS dan Dio berawal dari permainan gasing saat jam istirahat di sekolah. Peristiwa itu terjadi tiga hari sebelum Dio dibunuh.

BACA JUGA: Pembunuhan Siswa SD di Mojokerto Terbilang Sadis

"Keduanya bermain gasing dan SS kalah. Rupanya SS marah dan enggak terima. Lalu SS masuk ke kelas Dio dan langsung memukul korban di bagian dada. Kami saat kejadian ada di ruang guru dan diberi tahu siswa kalau Dio menangis dipukul SS," katanya.

Bambang menegaskan jika Dio tidak pernah memukul SS dan bukan sebaliknya seperti yang diberitakan media berdasarkan keterangan dari polisi hasil pemeriksaan pada saksi SS dan dua kakaknya yang jadi tersangka, Trisno dan IS.  

"Seolah-olah seperti dibolak balik. Yang sebenarnya, Dio dipukul sama SS. Setelah dipukul, Dio enggak melapor ke kami. Kita tahunya dari laporan siswa yang melihat sewaktu SS memukul Dio," ujarnya.

Bambang tak menyangka, permainan gasing saat jam istirahat di sekolah itu jadi pemicu pembunuhan pada Dio.

Dari segi akademik, Dio memang tertinggal. Bahkan pernah tidak naik kelas dua kali. Seharusnya ia sudah di kelas VI namun sebelum meninggal dunia masih duduk di kelas IV.

BACA JUGA: Pelaku Pembunuhan Siswa SD di Mojokerto Kakak Beradik Usia Remaja dan Anak

Namun Dio memiliki bakat atletik khususnya lompat jauh. Menurut Bambang, anak tunggal pasangan suami istri, Iwan dan Siti Aisyah, itu sebenarnya sejak 2019 sedang disiapkan untuk mengikuti seleksi Kompetisi Olah Raga Siswa Nasional Sekolah Dasar (KOSN SD) untuk cabang olahraga lompat jauh.

"Akhir Februari kemarin harusnya sudah seleksi. Karena peristiwa seperti ini mau bagaimana lagi, dia sudah tiada," kata Bambang, guru olahraga yang melatih korban dalam kesiapan KOSN SD.

Jasad Dio ditemukan di dasar sungai di tepi hutan Kemlagi, Kecamatan Kemlagi, Kabupaten Mojokerto, 30 Januari 2020. Hasil autopsi menyatakan korban meninggal dunia karena kekerasan fisik. Hampir sebulan polisi melakukan penyelidikan hingga akhirnya menemukan dua tersangka yang terlibat dalam penghilangan nyawa korban. Kedua pelaku kakak beradik yakni Trisno Sutedjo, pelajar SMA usia 19 tahun dan IS, 17 tahun, tidak bersekolah atau putus sekolah.