Logo

Empat WNA Nyantri di Ponpes Sukorejo 

Reporter:,Editor:

Rabu, 11 September 2019 05:36 UTC

Empat WNA Nyantri di Ponpes Sukorejo 

Santri asal Thailand saat mengurus ITAS di Kantor Imigrasi Jember. Foto: IST

JATIMNET.COM, Situbondo – Empat Warga Negara Asing (WNA) Thailand menempuh pendidikan di Pondok Pesantren Salafiyah-Syafi’iyah Sukorejo, Situbondo.  Dibutuhkan waktu sekitar setahun untuk memperdalam bahasa dan budaya Indonesia.

“Semuanya sudah bisa berbahasa Indonesia. Ini saya ditunjuk membantu mengurus perpanjangan ITAS (Izin Tinggal Terbatas) di Kantor Imigrasi Jember,” kata ustaz Alimin, salah seorang pengurus pondok pesantren, Rabu, 11 September 2019.

Diterangkan Alimin, satu dari empat santri asing adalah perempuan bernama Bilkis Bilsem. Bilkis bersama dengan Baneekan Madyep dan Usman Sohben, berasal dari kota Songkhla, satu santri lainnya bernama Varit Sama Un berasal dari Bangkok.

Santri asal Thailand mengaku tertarik mondok karena salah seorang guru di Pesantren Sukorejo memiliki program kerja sama bidang studi keagamaan di Thailand.

BACA JUGA: Ponpes Al-Hamdaniyah Menjaga Tradisi dan Keasrian Gedung dan Kamar Pendiri NU

“Mereka mulai mondok di Sukorejo sejak dua tahun lalu, dan seluruh biaya pendidikan kami tanggung. Semuanya masih duduk di bangku SMA,” Alimin menambahkan.

Tidak mudah bagi keempatnya bisa bergabung dengan para santri. Keempatnya ditempatkan di asrama berbahasa Inggris untuk beradaptasi dan dan pola makan. Namun saat ini keempatnya sudah mulai masuk sekolah dan mengikuti pengajian ilmu agama.

Baneekan Madyep, telah mahir membaca kitab kuning sebagai dasar keilmuan di pondok pesantren NU. Baneekan mengaku pernah belajar ilmu agama di negaranya sebelum terbang ke Situbondo.

BACA JUGA: Fatayat NU Situbondo Kunjungi Pasien Pengguna BPJS di Rumah Sakit

“Saya masuk Madrasah I’dadiyah ‘Ula, yaitu sekolah kader untuk caon ahli ilmu fiqih. Alhamdulillah saya mulai mendalami kitab kuning,” Madyep menjelaskan kepada Jatimnet.com.

Dia mengaku senang menempuh pendidik di Pesantren Sukorejo karena bisa belajar berbagai budaya melalui organisasi Ikatan Santri dan Salafiyah-Syafi’iyah Sukorejo (IKSASS).

Baginya  pesantren yang di asuh KHR Ahmad Azaim Ibrahimy itu sudah seperti miniatur Indonesia. Sebab santrinya berasal dari penjuru Nusantara.

Ponpes Salafiyah-Syafi’iyah Sukorejo didirikan KHR Syamsul Arifin dan putranya KHR As’ad Syamsul Arifin yang dinobatkan sebagai pahlawan nasional. Saat ini, Ponpes Sukorejo memiliki 14 ribu lebih santri putra dan putri dari berbagai provinsi, selain dari Malaysia dan Thailand.