Rabu, 23 December 2020 02:00 UTC
SALAT JENAZAH: 3 Desember 2020 # Foto : Subhan saat mensalatkan jenazah pasien Covid-19. Foto: Hozaini
JATIMNET.COM, Situbondo - Sebutan kata pocong mungkin menakutkan bagi sebagian kalangan. Namun tidak halnya dengan Subhan, seorang petugas kamar jenazah Rumah Sakit Umum Daerah dr. Abdoer Rahem Situbondo, Jawa Timur. Setiap harinya, pria 45 tahun itu selalu akrab dipanggil dengan sebutan kata sandi “Pocong Satu”.
Subhan adalah koordinator pemulasaran jenazah pasien Covid di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Abdoer Rahem Situbondo. Selain memandikan pasien, ia juga bertugas memakamkan jenazah pasien Covid melalui protokol kesehatan.
Subhan kerapkali di protes bahkan suatu ketika pernah dilempari keluarga pasien karena menolak pemulasaran jenazah menggunakan protokol kesehatan. Subhan mengaku tak bergeming dan sangat menikmati tugas kemanusian itu dengan segala dinamikanya.
“Saya selalu hadapi dengan senyuman, karena tugas kemanusian di pundak saya jauh lebih berat dan harus saya lakukan dengan segala resikonya,” kata Subhan yang tinggal di lingkungan Karangasem RT RT 3 RW 1, Kelurahan Patokan Situbondo.
BACA JUGA: Tenaga Kesehatan Tepapar Covid-19 di Situbondo Capai 175 Orang
Menurut Subhan, sebagai ASN dirinya bangga menjadi petugas pemulasaran jenazah karena bisa memandikan Bupati Situbondo Dadang Wigiarto yang meninggal dunia karena terpapar Covid-19.
Baginya, memakamkan Bupati ke tempat peristirahatan terakhirnya adalah pengalaman paling berkesan selama puluhan tahun bertugas di kamar jenazah rumah sakit
“Ini pengalaman paling berkesan dan jadi kebanggaan tersendiri bagi saya karena ikut memandikan dan memakamkan orang nomor satu di Situbondo,” terang pria yang juga alumni Ponpes Nurul Jadid, Paiton Probolinggo.
Subhan sudah 22 tahun bertugas di kamar jenazah Rumah Sakit Umum Daerah Abdoer Rahem Situbondo. Subhan mulai bekerja di rumah sakit sejak 1995 dan mulai bertugas di kamar jenazah sejak 1998.
BACA JUGA: Cegah Covid, Polres Situbondo Minta Kapasitas Tempat Wisata Dibatasi Separu
Tugasnya kian bertambah berat sejak pandemi Corona datang mulai Maret 2020. Sejauh ini, sudah ada sekitar 100-an pasien Covid dimandikan, dikafani dan juga dimakamkan.
Bapak dua orang anak ini menjelaskan, dirinya tak pernah membeda-bedakan pasien. Proses pemulasaran jenazah dilakukan secara syar'i serta melalui protokol kesehatan. Subhan mendokumentasikan semua proses pemulasaran jenazah, karena khawatir sewaktu-waktu ada pihak keluarga melakukan komplain.
“Ada enam personil bertugas pemulasaran jenazah, satu orang sopir ambulance dan satu petugas administrasi yang mendokumentasi semua pasien Covid-19. Alhamdulillah tim kami selalu kompak menjalankan tugas mulia ini,” ujarnya.
BACA JUGA: Kapasitas Rumah Sakit Rujukan Covid-19 di Situbondo Masih Memadai
Menurutnya, selama menjadi Koordinator pemulasaran jenazah pasien Covid, Subhan pernah empat kali sehari memandikan dan memakamkan pasien.
Oleh karena itu, Subhan harus benar-benar steril saat akan pulang ke rumah, karena khawatir menularkan virus Corona kepada istri dan kedua anaknya “Saya bersyukur karena selama ini tidak pernah sakit meski setiap saat bersentuhan dengan pasien Covid.
Subhan berpesan, agar masyarakat benar-benar mematuhi protokol kesehatan serta menjaga kesehatan dengan berolahraga. Sebagai petugas kamar jenazah, dirinya terenyuh melihat para pasien meninggal karena terserang virus Corona.
“Ayo patuhi 3M (Mencuci tangan, Memakai masker dan Menjaga jarak). Jangan lupa minum vitamin dan terus berolahraga agar badan selalu sehat,” pesannya
