Senin, 24 June 2019 06:55 UTC
Buku. Foto: Unsplash
JATIMNET.COM, Surabaya – Tak banyak sosok sastrawan perempuan di era Pujangga Baru. Salah satunya adalah Fatimah, yang lebih dikenal dengan nama pena Hamidah.
Dewan Kesenian Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menggelar kegiatan musik, pada Sabtu 29 Juni 2019, untuk mengenang sastrawan kelahiran Muntok, Provinsi setempat.
"Kegiatan pementasan seni musik yang akan kami gelar pada hari Sabtu (29/6) di halaman Museum Timah Indonesia Mentok tersebut kami harapkan mampu memberi alternatif hiburan masyarakat," kata Ketua Dewan Kesenian Kabupaten Bangka Barat Bambang Haryo Suseno di Muntok, Minggu 23 Juni 2019.
Menurut dia, pementasan musik yang akan menampilkan kelompok Aurora sebagai pengisi acara utama tersebut merupakan salah satu wadah yang disediakan Dewan Kesenian Kabupaten Bangka Barat, untuk mengasah keterampilan sekaligus memberi ruang berkreasi.
BACA JUGA: Penulis Indonesia Membincangkan Identitas di London Book Fair
Acara ini diharapkan mampu mengenalkan sekaligus mengingatkan kembali seorang penulis yang aktif berkarya pada masa Pujangga Baru.
"Kami berharap melalui sajian musik yang ditampilkan bisa memberikan referensi baru berkesenian kepada para musisi muda di daerah itu sekaligus mengenal lebih jauh sosok Hamidah," katanya.
Hamidah yang memiliki nama asli Fatimah lahir di Mentok pada tanggal 8 Juni 1914 dan aktif menulis sastra hingga akhir hayatnya.
Salah satu novel karya Hamidah berjudul Kehilangan mestika diterbitkan pertama kali pada tahun 1935, kemudian dicetak ulang pada tahun 1937, 1949, 1954, 1957, dan cetakan keenam pada tahun 1963. Pada cetakan kelima dan enam, novel dicetak sebanyak 10.000 eksemplar dan habis terjual selama 2 tahun.
BACA JUGA: Mahasiswa STTS Bikin Buku Panduan Tari Sparkling Surabaya
Selain menulis novel, Hamidah juga menulis puisi, antara lain, puisi berjudul Berpisah (Pujangga Baru, 1935 dan Panji Pustaka 1935), Kekalkah? (Pujangga Baru, 1935), kumpulan puisi bersama dengan para sastrawan Pujangga Baru, 1963), Seserpih pinang sepucuk sirih (Toeti Heraty, 1979), Tonggak 1 (Linus Suryadi AG, 1987), dan Ungu: Antologi puisi wanita penyair Indonesia.
Novel Kehilangan Mestika merupakan karya yang ditulis pada saat Hamidah berumur 19 tahun. Penyakit romantik yang selalu berlebih-lebihan tidak terasa. Selain itu, novel Kehilangan Mestika, dinyatakan mengandung unsur-unsur biografis, dikutip dari Ensiklopedia.kemdikbud.go,id.  
Diketahui Hamidah Fatimah bersuamikan Hasan Delais. Ia meninggal di Rumah Sakit Charitas Palembang, 8 Mei 1953. Dalam suratnya kepada Balai Pustaka, suami Fatimah menuturkan jika istrinya berencana menulis sebuah buku, di akhir hayatnya. (ant)
