Logo

Demi Pertahankan Usaha, Sebagian Pengusaha Kecil Lari ke Rentenir

Reporter:,Editor:

Jumat, 28 January 2022 08:40 UTC

Demi Pertahankan Usaha, Sebagian Pengusaha Kecil Lari ke Rentenir

ILUSTRASI Terdampak pandemi Covid-19. Ilustrasi pedagang menggelar barang dagangannya di wilayah Muneng, Kabupaten Madiun. Foto.Nd.Nugroho

JATIMNET.COM, Madiun - Kondisi perekonomian bagi sebagian kalangan pelaku usaha kecil di Kabupaten Madiun masih terpuruk gegara pandemi Covid-19. Mereka harus tetap bertahan di tengah ketidakpastian. Bahkan, di antara mereka terpaksa ambil pinjaman di Bank Plecit, sebutan rentenir dengan suku bunga tinggi.

Risiko itu diambil untuk meneruskan usaha meski harus 'tutup lubang gali lubang'. Apalagi, Bank Plecit disebut sebagai jalur tercepat untuk mendapatkan pinjaman uang. Juga tanpa jaminan dan dalam hitungan detik, dana yang disepakati sudah bisa cair di lokasi transaksi.

"Paling cepat dan mudah mendapatkan pinjaman," ujar salah seorang pedagang kelontong di pasar Caruban, Kabupaten Madiun yang tidak bersedia namanya disebut dalam berita, Jumat, 28 Januari 2022. 

Meski demikian, pihak peminjam dikenai sejumlah tanggungan. Ini seperti lama angsuran yang disertai dengan bunga yang tinggi. Sekretaris Dinas Perdagangan, Koperasi, dan Usaha Mikro (Disperdakop dan UM), Agus Suyudi mencontohkan, pinjaman Rp 500 ribu harus dikembalikan Rp 600 ribu dalam 10 kali angsuran. 

Baca Juga: Isu Kelangkaan Solar Dikeluhkan Pengusaha Hingga Sopir Angkutan Umum Probolinggo

"Sebenarnya, suku bunga pinjaman dari Bank Plecit mencekik karena terlalu tinggi," kata dia.

Belum lagi, apabila pihak peminjam belum bisa membayar maka tak jarang mendapatkan ancaman. Namun demikian, keberadaan Bank Plecit dinyatakan tetap ada dan berkembang.

Selain di pasar-pasar, petugas dari Bank Titil juga keliling ke sejumlah lokasi tempat usaha mandiri warga. "Ini yang menjadi dilema. Di satu sisi Bank Plecit meresahkan tapi juga dibutuhkan teman - teman pedagang" ungkap Agus.

Karena meresahkan, pihak Disperdakop dan UM sempat melakukan operasi penertiban beberapa kali. Bahkan, menutup Pasar Dolopo dari petugas Bank Plecit selama beberapa hari.

Namun, kondisi justru terbalik. "Benar, Bank Plecit tidak beroperasi di sana, tapi justru pedagang yang menelpon untuk transaksi di luar pasar," ucap dia.