Logo

Cegah Corona, Kompleks Makam Pesantren Tebuireng Ditutup

Reporter:,Editor:

Minggu, 15 March 2020 14:40 UTC

Cegah Corona, Kompleks Makam Pesantren Tebuireng Ditutup

DITUTUP SEMENTARA. Pengumuman penutupan sementara kompleks makam keluarga Pesantren Tebuireng, Jombang, sejak Senin, 16 Maret 2020 hingga batas waktu yang belum ditentukan sebagai antisipasi penyebaran virus Corona. Foto: Istimewa

JATIMNET.COM, Jombang - Wabah penularan virus corona atau covid -19 rupanya berdampak pada komplek makam keluarga Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur. Kompleks makam setempat akan ditutup sementara sejak Senin dini hari, 16 Maret 2020 pukul 00.00 WIB. 

Keputusan penutupan sementara akses ke makam bagi peziarah itu diambil sebagai antisipasi wabah penularan virus Corona atau Covid-19 yang mulai masuk di sejumlah wilayah di Indonesia.

Keputusan ini dituangkan dalam Surat Edaran Nomor 1524/I/HM 00 01/PENG/2020 tertanggal 14 Maret 2020. Penutupan kompleks makam keluarga pesantren Tebuireng ini berlaku sampai batas waktu yang belum ditentukan. 

"Berkenaan dengan kebijakan ini, kami atas nama keluarga besar Pesantren Tebuireng menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya," ucap pengasuh Pesantren Tebuireng KH Abdul Hakim Mahfudz dalam siaran pers yang diterima, Minggu 15 Maret 2020. 

BACA JUGA: Corona, Influenza, dan Flu Biasa

Di kompleks makam keluarga Pesantren Tebuireng ini terdapat beberapa makam pahlawan sekaligus tokoh nasional seperti salah satu pendiri Nahdlatul Ulama (NU) yang juga pendiri Pesantren Tebuireng KH Hasyim Asy’ari, mantan Menteri Agama pertama RI KH Wahid Hasyim, mantan Presiden RI keempat dan Ketua Umum PBNU KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), dan mantan Wakil Ketua Komnas HAM yang wafat 2 Februari 2020 lalu, KH Salahudin Wahid (Gus Solah). 

Mereka merupakan satu keturunan mulai kakek hingga cucu. KH Hasyim Asy’ari adalah ayah dari KH Wahid Hasyim. Sedangkan Gus Dur dan Gus Solah adalah cucu dari KH Hasyim Asy’ari atau putra dari KH Wahid Hasyim. 

Sejak Gus Dur wafat dan dimakamkan di Tebuireng pada 31 Desember 2009, kompleks makam setempat semakin ramai dikunjungi peziarah dari seluruh Indonesia dan bahkan luar negeri. 

BACA JUGA: Cegah Corona, Warga Disarankan Konsumsi Empon-empon

Tokoh-tokoh agama selain Islam maupun pejabat asing juga berziarah ke makam setempat sambil mempelajari nilai-nilai kesetaraan dan kemanusiaan yang diajarkan para tokoh tersebut. 

Sekretaris Pesantren Tebuireng KH Abdul Ghofar menambahkan kebijakan penutupan kompleks makam tersebut sengaja diambil sebagai langkah preventif untuk mencegah potensi penyebaran Covid-19 di ruang publik seperti anjuran pemerintah. 

"Kami putuskan kebijakan tersebut dalam rapat pimpinan dan Majelis Keluarga Pesantren Tebuireng dengan merujuk anjuran yang disampaikan pemerintah," ujar Gus Ghofar.

Ia juga menuturkan, kompleks makam Pesantren Tebuireng juga digunakan sebagai tempat mengaji para santri. Sehingga untuk mencegah penularan virus dari luar pesantren, pesantren menutup kompleks makam sampai batas yang belum ditentukan.

BACA JUGA: ACT Jatim Siap Sosialisasikan Mitigasi Waspada Virus Corona

Keputusan ini merupakan bagian dari pelaksanaan hukum fikih yang jadi pedoman utama pesantren maupun umat Islam pada umumnya, selain memperhatikan kebijakan pemerintah sebagai umara. 

"Hal itu (penutupan kompleks makam) juga sesuai dengan kaidah ushul fikih yang berbunyi dar’ul mafasid muqoddam ‘ala jalbil mashalih yang artinya mencegah mafsadat (kerusakan atau keburukan) harus diutamakan daripada upaya meraih kemaslahatan (kebaikan)," katanya.

Ia kembali menegaskan bahwa kebijakan penutupan sementara kompleks makam keluarga Pesantren Tebuireng murni untuk mencegah dampak penularan virus Corona yang bisa berdampak buruk pada pesantren.

"Ini demi kesehatan dan kebaikan bersama," kata Gus Ghofar.