Selasa, 25 February 2020 13:30 UTC
BROMO. Wisatawan mulai ramai berdatangan di areal peristirahatan pedagang kaki lima di lautan pasir Gunung Bromo, Selasa, 25 Februari 2020. Foto: Zulkiflie
JATIMNET.COM, Probolinggo – Bulan bebas kendaraan atau Car Free Month (CFM) di areal obyek wisata Gunung Bromo telah berakhir Senin, 24 Februari 2020 setelah sebulan diberlakukan sejak 24 Januari 2020.
Bulan bebas kendaraan itu diberlakukan bertepatan dengan tradisi puasa di bulan ketujuh atau wulan kapitu kalender masyarakat Tengger. Aktivitas kendaraan bermotor di Bromo dilarang total untuk menjaga keheningan masyarakat Tengger yang sedang menjalankan puasa. Momen ini juga jadi kesempatan untuk memulihkan ekosistem alam di Bromo dan sekitarnya.
Larangan penggunaan kendaraan bermotor saat itu memang berpengaruh pada jumlah wisatawan yang datang. Setelah larangan berakhir, jumlah wisatawan yang datang mulai normal. Wisatawan kembali ramai datang dan menggunakan jasa kendaraan bermotor terutama mobil jeep untuk menuju beberapa destinasi baik gunung dan kawah Bromo, lautan pasir, padang savana, maupun spot matahari terbit (sunrise) di bukit Penanjakan.
BACA JUGA: Car Free Month, Tarif Ojek Kuda Wisata Bromo Naik Dua Kali Lipat
Salah satu wisatawan, Bila Nadia, mengaku senang bisa berlibur kembali ke Bromo setelah berakhirnya bulan bebas kendaraan.
Kali ini ia kembali menyewa jeep untuk menuju lautan pasir dan sejumlah titik lokasi wisata lainnya yang ada di Bromo termasuk kawah Bromo dan padang savana.
"Senang bisa liburan kembali di Bromo, apalagi udaranya terasa semakin sejuk. Pemandangannya juga masih bagus, keren pokoknya buat foto-foto," kata wisatawan asal Lamongan ini, Selasa, 25 Februari 2020.
Sementara itu, Kepala Resor Lautan Pasir Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) Subur Handoyo mengatakan sejak diberlakukan CFM, geliat sektor pariwisata di Bromo mengalami penurunan.
BACA JUGA: Makna Puasa Mutih di Wulan Kapitu bagi Warga Suku Tengger Bromo
Menurutnya, rata-rata pengunjung yang datang hanya wisatawan domestik atau dalam negeri seperti dari Bandung, Jogja, Surabaya dan sekitarnya. Penurunan jumlah wisatawan mencapai 70-80 persen dibanding biasanya.
Selain pengaruh CFM, menurut Subur, penurunan kunjungan wisatawan juga karena sedang memasuki musim sepi pengunjung atau low season.
"Memang ada penurunan, namun sudah berangsur normal. Pengunjung sudah mulai berangsur ramai memadati Bromo," ujarnya.
Subur memprediksi jumlah wisatawan domestik dan mancanegara yang berlibur ke Bromo akan meningkat dalam sebulan ke depan.