Rabu, 22 June 2022 23:00 UTC
Warga Krembangan melakukan budidaya maggot lalat BSF (black soldier fly), beternak ayam, budi daya ikan, hingga sayur organik di Rumah Padat Karya Krembangan atau Rumah Maggot.
JATIMNET.COM, Surabaya - Warga Krembangan melakukan budi daya maggot lalat BSF (black soldier fly), beternak ayam, budi daya ikan, hingga sayur organik di Rumah Padat Karya Krembangan atau Rumah Maggot.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengaku bangga sudah bisa meresmikan Rumah Padat Karya atau Rumah Maggot di Krembangan pada Rabu 22 Juni 2022. Pasalnya Rumah Maggot itu yang menggerakkan adalah warga, yang mengajarkan dan mengerjakan budidaya itu juga warga Krembangan sendiri.
“Apalagi ini juga bisa mempekerjakan warga MBR (Masyarakat Berpenghasilan Rendah), sehingga gotong-royong yang diajarkan oleh Bung Karno dalam Pancasila, benar-benar diterapkan dan ditunjukkan oleh warga Krembangan ini,” kata Eri seusai meresmikan, Rabu 22 Juni 2022.
Sebenarnya sudah ada salah satu pabrik yang meminta maggot 6 ton per hari kepada Pemkot Surabaya. Kalau bisa memenuhi 6 ton per hari, maka dipastikan akan banyak tenaga kerja yang terserap dari MBR Krembangan.
Baca Juga: Komitmen Budi daya Ternak, Puluhan Peternak Kota Mojokerto Ikuti Bimtek Pembuatan Pakan Mandiri
“Kalau kita jual Rp 4 ribu per kilogram, berarti 6 ton sekitar Rp 24 juta per hari atau Rp 720 juta per bulannya. Nah, kalau saya menargetkan setiap MBR punya penghasilan Rp 3 juta, maka ada sekitar 240-an orang MBR yang bisa memenuhi target 6 ton ini. Itu hanya satu pabrik saja, belum lagi yang lainnya,” ia memaparkan.
Bahkan kalau maggot lalat itu bisa dikeringkan dan dikirim ke luar negeri atau ekspor, bisa dijual hingga 4 US dan kalau dikeringkan untuk lokal saja harganya bisa Rp 8 ribuan.
“Makanya, saya berharap teman-teman ini bisa terus mengembangkan maggot ini supaya bisa diekspor dan bisa mengentas kemiskinan MBR di Krembangan ini. Nah, apa saja kebutuhan untuk bisa ekspor itu, nanti kita penuhi fasilitasnya, jadi biarkan warga itu bergerak,” ia menegaskan.
“Jadi, kita juga harus pandai membaca marketnya, dan yang paling penting bagaimana warga ini bisa bergerak,” ia menuturkan.
Baca Juga: Komitmen Budi daya Ternak, Puluhan Peternak Kota Mojokerto Ikuti Bimtek Pembuatan Pakan Mandiri
Sementara Camat Krembangan Ario Bagus Permadi menjelaskan bahwa Rumah Maggot ini untuk merespon angka MBR yang ada di Kecamatan Krembangan.
Kala itu, ia diminta untuk mengidentifikasi aset pemkot yang tidak terpakai, sehingga ditemukanlah aset tersebut. Kebetulan Ketua RW sudah melakukan budidaya Maggot Lalat BSF di lantai 2 Balai RW, sehingga itu dikembangkan ke tingkat kecamatan.
“Jadi, awalnya aset ini untuk maggot, karena masih ada tempat yang tersisa, akhirnya kita ternak ayam dan ikan serta sayuran organik, sehingga produksi maggot itu semuanya terpakai,” kata Ario.
Apabila aset itu dimaksimalkan dan bisa berkolaborasi juga dengan tempat lainnya, maka Insya Allah target ekspor sangat memungkinkan. “Sementara ini kapasitas produksinya memang masih 30 persen, kita akan genjot dulu hingga 100 persen, dan selanjutnya baru berpikir untuk ekspor,” ia mengungkapkan.
Di lain pihak, Ketua Kelompok Tani Krembangan Madani, Johan Tri Cahyono mengatakan sementara ini memang masih memproduksi maggot 100 kilogram per hari, dan sebenarnya itu bisa digenjot lagi hingga 150-175 kilogram per hari dengan fasilitas yang ada. Bahkan kalau fasilitas raknya ditambahkan, tentu produksi maggotnya akan semakin banyak.
“Jadi, tantangan untuk bisa ekspor ke luar negeri sangat realistis dan mungkin sangat mudah diwujudkan. Apalagi, kalau ada kerjasama dengan wilayah lainnya di Surabaya, tentu target itu akan sangat mudah,” ia memastikan.