Selasa, 23 August 2022 00:40 UTC
LODEH BARONGAN. Salah satu warga Mojokerto, Untung Sitanggang, menunjukkan nasi lodeh ala Mbah Rasta di barongan atau kebun bambu di Dusun Sasap, Desa Modongan, Kec. Sooko, Kab. Mojokerto, Selasa, 23 Agustus 2022. Foto: Karina Norhadini
JATIMNET.COM, Mojokerto – Bosan dengan masakan ala kafe, cobain deh santapan lodeh rumahan yang disajikan di tengah barongan atau kebun bambu di Dusun Sasap, Desa Modongan, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto. Tempat kuliner ini jadi jujukan para komunitas berbagai wilayah hingga pejabat daerah.
Suasana asri, sejuk, dan nyaman di bawah pohon-pohon bambu di lahan seluas 8x22 meter menambah kenikmatan pecinta kuliner.
Apalagi harga menu yang disajikan murah meriah, yakni mulai Rp5.000 hingga Rp12 ribu. Makanan tersebut terdiri dari nasi hangat yang disiram dengan kuah santan cair panas berisikan potongan sayuran, ditambah tahu, tempe goreng, dan krupuk.
Tambahan lauk lainnya pun bisa menjadi pilihan, ada ikan asin, ikan pindang, dan telur. "Sajiannya hanya lodeh saja memang, kalau tanpa lauk tambahan, harganya Rp5 ribu saja," ucap Mbah Rasta, pemilik warung Lodeh Barongan, Selasa, 23 Agustus 2022.
BACA JUGA: Nikmatnya Ayam Bakar Kemaron Mojokerto, Disajikan Dengan Menu Menarik
Menu desa yang kaya rempah-rempah ini disajikan secara fresh oleh pemilik bernama asli Muhammad Anshori, 31 tahun.
Lauk pauknya digoreng saat ada pesanan saja. Jadi pembeli harus menunggu sekitar 3 sampai 5 menit untuk satu piringnya bisa disantap.
"Semua masih fresh, dari nol. Digoreng panas, jadi nunggu 3 sampai 5 menitan," ucap pria yang mengawali usaha ini dari tempat nongkrong komunitas vespa dan rambut gimbal di kala pandemi Covid-19 melanda ini.
Racikan bumbu-bumbu beserta isi sayur lodeh yang diolah dari tangannya sendiri ini disajikan berbeda-beda setiap harinya. Isiannya antara lain tewel atau nangka muda, kacang panjang, rebung bambu, buah manisa, dan buah pepaya muda.
"Tiap hari beda-beda isinya, bisa tewel, bisa kacang panjang, bisa juga buah manisa, atau buah kates. Tergantung bahan yang ada di pasar," ujar suami dari Iis Sugiarti, 31 tahun, ini.
BACA JUGA: Nasi Purakan di Lembah Hutan, Makan Bersama sambil Menikmati Alam
Warung yang acapkali didatangi pejabat ini rupanya sudah berdiri sejak akhir tahun 2019 lalu. Saat itu, ia dan istrinya mengawali usaha keluarga ini karena kasihan melihat kawan-kawan komunitas pecinta vespa yang harus mencari makanan dan minuman keluar dari tempatnya.
"Modal awal dari hasil keringat sendiri, awalnya cuman Rp200 ribu untuk modal masakan. Kalau bangunan ya Rp3 jutaan. Kasihan kawan-kawan nongkrong waktu itu akhirnya kita buatkan warung bambu," ucap pria lulusan SMA lulusan Tata Boga ini.
Hingga kini, sejumlah pejabat mulai dari kepala daerah, polisi, TNI, dan berbagai komunitas acapkali datang di akhir pekan hanya untuk menyantap kuliner murah meriah ini.
Terutama di akhir pekan, warung nasi lodeh yang berada di dalam permukiman warga di kampung ini menjadi jujukan pesepeda dari sejumlah wilayah. Sehari, ia bisa membuat dua sampai tiga kali sayur lodeh dalam satu panci besar.
"Yang datang hampir dari seluruh Mojokerto. Dari luar juga ada, kayak Kediri, Bali, Lombok, Kalimantan, Aceh. Ada anak vespa, komunitas sepeda, polisi, pejabat juga ada," ujarnya.
Salah satu pembeli, Untung Sitanggang, warga Kota Mojokerto, mengaku penasaran dengan kuliner Dusun Sasap yang seringkali dibicarakan kawan-kawannya selama ini.
Untuk memenuhi rasa penasarannya, Untung mencoba lodeh Barongan yang buka sejak pukul 09.00 WIB hingga pukul 00.00 WIB ini.
"Lodehnya murah, yang pasti, enak, sangat sederhana, rumahan banget. Paling berkesan suasana di tengah Barongan (bambu) ini, makan berasa lebih nyaman, santai sekali," ujar Untung sambil makan dengan lahap.